crayzeebaybiey.blogspot.com |
Seperti mahasiswa lain, aku terkadang bosan dengan dunia kampus. Jika hal ini terjadi, urusan absen di kelas akan kuserahkan sepenuhnya kepada takdir. Jika pada saat itu aku beruntung, maka seorang teman akan membantu mengisi absenku tanpa ketahuan oleh dosen. Begitupun sebaliknya, jika hari itu aku kurang beruntung maka aku akan memohon kepada Tuhan agar saat pemberian nilai oleh dosen nanti aku bisa beruntung.
Aku berhasil menyelesaikan materi perkuliahan hari ini tanpa ada bolos satupun. Sepulang dari kelas aku bergegas menuju redaksi. Sebuah tempat yang memberiku ruang untuk berproses. Tempat yang memberiku ilmu tentang dunia kejurnalistikan yang tak akan pernah ku dapatkan di ruang kelasku yang merupakan jurusan kesehatan. Kebetulan sedang ada rapat untuk persiapan kegiatan rutin agenda organisasi pers mahasiswa.
Kami menjajakan minuman kepada seluruh pengendara yang melintas di jalan. Setelah 2 jam dijalan aku mulai merasa lelah dan memilih untuk beristirahat sebentar.
“Kamu capek yah? Minum dulu deh, mungkin dengan tambahan cairan sedikit capeknya bisa hilang,” seseorang menawarkan minuman kepadaku. Tapi entah siapa orang ini. Apakah dia juga anggota pers mahasiswa? Atau hanya pengguna jalan yang baik hati menawarkan minuman karena melihat tampangku yang kecapean. Entahlah, karena aku haus ku terima saja tawarannya dan mulai meneguk minumannya hingga habis.
“Makasih,“ ujarku sambil berdiri dan membuang sampah bekas minuman tadi.
Saat aku berbalik untuk kembali mengambil minuman yang akan ku jajakan kepada pengguna jalan, rupanya semua barangku sudah aman dalam jinjingan pria tadi.
Setelah kegiatan malam itu selesai, seluruh anggota persma bergegas untuk pulang dan beristirahat. Namun aku bingung, teman yang tadi bersamaku datang ke tempat ini telah pulang lebih dulu. Lalu aku pulang sama siapa?
“Tapi kamu sebenarnya siapa sih? “ akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulutku. Meskipun sudah tahu, tapi aku tetap butuh penjelasan dari Kaafa.
“ Aku Kaafa dan kamu pasti Kayla. Aku sudah lama memperhatikan kamu, tapi kamu terlalu cuek untuk melihat disekitar kamu kalau ada aku yang selalu mau peduli sama kamu. Kamu terlalu sibuk dengan duniamu seolah-olah kamu tidak butuh seorang pun untuk menjadi temanmu. Aku belajar untuk kenal kamu dengan caraku sendiri. Aku suka sama kamu dan aku sedang berusaha meyakinkan kamu kalau dalam hidup ini, akan ada satu orang yang akan selalu membuat kamu tersenyum, akan ada satu orang yang menjadi alasan kamu untuk selalu bahagia. Juga akan ada satu orang yang akan selalu ada saat kamu butuh dan siap mendengarkan apapun cerita tentang hidup kamu, dan orang itu adalah aku. “
Tak terasa air mataku menetes mendengar ucapan Kaafa. Ia mengucapkannya dengan tegas dan membuat aku sadar bahwa selama ini aku memang terlalu egois dengan kehidupanku. Aku menutup diri seolah-olah tak ada lagi tempat untuk berbagi cerita.
“ Maaf aku terlalu sempit dalam memandangi hidup, aku gak tahu kalau di dunia ini ada kamu yang begitu peduli dengan hidup aku.”
“ Aku cuma mau jadi alasan kamu selalu bahagia. “ Kaafa begitu tulus dalam mengungkapkan setiap kalimatnya.
Mulai saat ini, aku akan berjanji untuk merubah paradigma hidupku. Aku percaya bahwa kebahagiaan itu ada ketika kita telah menemukan alasan untuk itu. Semua dimulai dari ketulusan kita saat memberi dan tak berharap lebih. Kaafa telah membuat aku berani membuka hati. Membuatku sadar bahwa disekitar kita ada orang yang terus berdoa dan mengusahakan kebahagiaan untuk kita.
“ Kenapa?”
“ Karena kita masih punya banyak kebahagiaan yang belum kita jemput.”
“ Tapi tunggu dulu “
“ Tunggu apa lagi? “
“ Kita beri dulu jalan ini nama”
“ Apa? “
*Penulis adalah salah satu mahasiswa semester tiga jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum