Washilah – Decak kagum penonton seketika memecah sunyi gedung Addaraen saat seorang warga yang sedang mempermasalahkan negaranya yang berperang sendiri. Ia menggerutu “Katanya menyampaikan aspirasi, tapi kebanyakan malah planga-plongo. Dapat foto terus upload di sosial media, captionnya panjang umur perjuangan.”
Salah seorang dari mereka juga meniru dengan bersua foto dan suasana hati yang hampir gundah bersama waktu.
“Hei lihat di sana, polisi tembak polisi di rumah polisi, di depan para polisi, setelah itu polisi tadi ke kantor polisi terus buat laporan polisi, tapi katanya yang mati malah CCTV, ujung-ujungnya batal di hukum mati.” Teriak seorang lelaki berbaju kaos yang berdiri di atas tangga menyampaikan aspirasinya.
Penonton tersenyum pilu, duduk khidmat menatap apa yang mereka ucapkan, pancaran lampu betul-betul hanya berpusat pada mereka.
“Oligarki merajalela, politik dinasti kepala daerah, politik identitas, korupsi di mana-mana, berita hoax pemecah bangsa bertebaran, oposisi masuk koalisi, terus salah siapa coba?” Orang-orang di bawah tangga itu serentak bertanya “siapa?”
Ia kembali menjawab “yoo ndak tahu, kok tanya saya.”
Perkataan itu seperti teguran yang tidak kunjung didengar penguasa, kenyataan pahit tertelan mentah-mentah, keadilan yang kian memudar bagi masyarakat.
“Kalau hanya sekadar kritik saja tanpa solusi dan aksi sama saja, Indonesia ini kapan majunya. Itulah pentingnya warga negara paham dan mengimplementasikan jiwa nasionalisme.”
Laki-laki itu bersuara tegas di hadapan orang-orang yang bergeming, mereka berpikir seolah menerka sesuatu, entah betul-betul menjiwai alur cerita atau sekedar tidak ingin mengganggu acara.
Inilah pementasan Teater jurusan Ilmu Hukum UIN Alauddin Makassar.
Inaugurasi yang digelar angkatan 2022 jurusan Ilmu Hukum ini berlangsung di Gedung Addaraen, Makassar, Sabtu (9/12/2023).
Pementasan Teater bertajuk “Demokrasi” tersebut berlangsung dengan megah dan membuat takjub penonton karena ceritanya hanya sebuah mimpi.
Salah satu anggota teater, Nurul Ekasaputri menuturkan terdapat pesan penting yang ingin disampaikan dalam persembahan teater tersebut.
“Secara pribadi, pesan yang ingin disampaikan kepada para penonton bahwa yang dipikir baik, belum tentu menjadi baik, yang kita pikir buruk belum tentu menjadi buruk.” ucapnya.
Penulis: Nur Hastina (Magang)
Editor: Nabila Rayhan