Washilah – Siang itu bersama seorang teman, saya menyambangi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Alauddin untuk mencari responden sebagai pemenuhan riset Washilah, Senin (27/12/2021).
Setelah mengelilingi sudut bangunan, saya memilih beristirahat di salah satu kursi, di depannya terdapat pintu masuk dengan plan bertuliskan “Ruang Jurusan Kimia”. Tapi, bukan ini yang menarik, ada yang menggoda ekor mata saya, sebuah meja persegi panjang di sisi kanan tangga utama lantai I FST yang tertutupi spanduk hijau bertuliskan “Pojok Sedekah”, mengalihkan perhatian.
Sesuatu yang baru dan tidak pernah saya lihat di fakultas lain. Meja dengan panjang dua kali lengan orang dewasa itu, di atasnya, tampak satu wadah berisikan kue basah, tanpa ada yang menjaga. Tak lama, dua mahasiswi mendatangi meja itu.
Mereka mengambil kue dan menyimpan uang di wadah yang sama. Lalu, dua mahasiswa tadi duduk di samping saya sambil menyantap kue. Diketahui, mereka adalah Mahasiswi Jurusan Kimia Angkatan 2018 yang sedang mengurus proposal tugas akhir. Saat saya menanyai tentang meja pojok sedekah, salah satu dari mereka bernama Endang, mengatakan pojok sedekah itu dikelola oleh Jurusan Kimia.
Awalnya, kedatangan saya ke FST sekadar mencari responden. Namun, penampakan yang saya temui membuyarkan tujuan awal.Rasa penasaran, buat saya ingin lebih jauh tahu informasi kantin kejujuran itu.Untuk benar-benar tahu informasi, dan lihat bagaimana manfaat kantin kejujuran, hanya ada satu tempat untuk memulai; Ruang Jurusan kimia.
Pada Senin, 24 Januari 2022, saya kembali ke FST bersama rekan Reporter Washilah, menuju ke Ruang Jurusan Kimia. Kami menemui Sekretaris Jurusan (Sekjur) Kimia, Dr Rismawaty Sikanna. Dari keterangannya, diketahui Sekjur Kimia tersebut yang menggagas ide diadakannya pojok sedekah.
Dr Rismawaty Sikanna mengatakan ide itu hadir secara spontan. Menurutnya, orang terbiasa bersedekah lebih hanya di hari Jumat, padahal yang ia ketahui kita disarankan untuk bersedekah setiap hari.
“Jadi, muncul-lah ide lalu minta tolong ke Mahasiswa Jurusan Kimia untuk merancang stan pojok sedekah,” imbuhnya.
Dengan modal sendiri, Dr Rismawaty menyedekahkan makanan, benda-benda bermanfaat, seperti pulpen dan disediakan pula air minum. Air tersebut di tempatkan dalam galon yang mampu menampung 12 liter air, sehingga orang-orang diharuskan membawa tumbler.“Kita usahakan meminimalisir penggunaan plastik,” kata Sekjur Kimia tersebut.
Ia menambahkan, segala sesuatu yang tersedia di atas meja tersebut tidak diperjual belikan. “Semua itu gratis. Bahkan jika ada tersedia uang di atas meja maka boleh digunakan,” tegasnya.
Diketahui Pojok Sedekah tersebut telah beroperasi sejak Desember 2021. Perempuan 51 tahun ini berharap dengan adanya pojok sedekah semoga banyak membantu mahasiswa.“Bukan cuma mahasiswa, semua orang berhak menerima dan menyimpan sedekah,” tegas Dr Rismawaty Sikanna yang sudah lima tahun menjabat sebagai Sekjur Kimia.
Dr Rismawaty sebagai pendiri pojok sedekah ini hanya menaruh harapan banyak orang yang tergerak hatinya untuk bersedekah tiap hari meski sedikit. “Mudah-mudahan di fakultas yang lain mau buat pojok sedekah seperti ini. Yah, mungkin akan sedikit membantu, apalagi untuk mahasiswa yang terkadang kirimannya belum ada atau bahkan tidak ada,” harap Dosen asal Enrekang-Mandar tersebut.
Salah satu Mahasiswa Jurusan Kimia, Fauzi, mengaku merasakan manfaat adanya pojok sedekah. Dia bercerita pernah menikmati nasi kuning yang tersedia di meja pojok sedekah. Saat itu, Fauzi lupa sarapan. Sialnya, dia lupa bawa uang. Namun, seketika tiba di FST, Mahasiswa Angkatan 2020 tersebut melihat ada secerca harapan.
“Ada nasi kuning di atas kursi,” ungkapnya.
“Saat itu masih pakai kursi. Cuma dua hari diganti jadi meja,” beber Mahasiswa Kimia itu.
Awalnya, Fauzi ragu untuk mengambil nasi kuning itu, namun melihat di dinding ada tulisan “Pojok sedekah” dan “Ambil/Simpan”. Akhirnya, tanpa ba-bi-bu, diambil-lah satu bungkus nasi kuning.
“Alhamdulillah, bisa hidup lagi,” syukur mahasiswa asal Sulawesi Tenggara tersebut.
Di lain sisi, ternyata dari hasil observasi masih banyak mahasiswa di FST yang belum tahu tentang keberadaan pojok sedekah. Salah satunya, Nur Cahyani, Mahasiswa Ilmu Peternakan.
Lokasi pojok sedekah terbilang tidak jauh dari ruang Jurusan Ilmu Peternakan, tapi tidak bisa dipungkiri, mahasiswa semester dua itu yang katanya beberapa kali ke kampus, tidak mengetahui keberadaan Pojok Sedekah di tengah FST.
Nur Cahayani mengaku baru mengetahui hal itu saat kami bincang-bincang di pelataran FST, Kamis (27/01/2022). Menurutnya, jika benar Pojok Sedekah itu ada maka sangat bermanfaat untuk mahasiswa. Mahasiswa yang tidak sempat sarapan bisa memanfaatkan makanan sedekah yang tersedia. “Bagus karena sembari kita bersedekah, kita juga bisa menerima sedekah,” tutur mahasiswa asal Enrekang itu.
Mengenai sosialisasi, Dr Rismawaty Sikanna mengonfirmasi tidak ada sosialisasi mengenai pojok sedekah sebelumnya. “Jadi, siapa mau makan silahkan, sedekah silahkan. Begitu saja, tidak ada sosialisasi khusus,” bebernya.
Hanya saja, sebelum pengadaan pojok sedekah, Sekjur Kimia ini telah membicarakannya dengan Ketua Jurusan Kimia hingga Pimpinan FST. “Sudah diinformasikan kalau ada pojok sedekah, begini sistematikanya,” terang Dr Rismawaty.
Dekan FST, Prof Muhammad Halifah Mustami menyatakan tidak ada persoalan dengan adanya Pojok Sedekah di FST.
“Pertama, karena tidak mengganggu. Lalu, motifnya baik,” tutur Guru Besar Bidang Ilmu Metode Penelitian tersebut saat ditemui di ruangannya, Kamis (27/01/2022).
Prof Muhammad Halifah Mustami berharap jika pojok sedekah ini berkembang dan tidak mengganggu aktivitas di FST maka akan dibicarakan untuk menjadi milik fakultas. “Diperbesar kapasitasnya. Tidak ada petugas yang menjaga,” tuturnya.
“Jadi, kalau itu bagus, akan saya angkat ke rapat-rapat pimpinan fakultas untuk menyikapi itu,” katanya sekali lagi.
*Tulisan ini sebelumnya telah terbit pada Tabloid Washilah 117.
Penulis: Sugiya Selpi R/Moch Zulhilmi Islamy Z
Editor: Nur Afni Aripin