Korban Pelecehan Seksual di Gang Sempit UIN Alauddin Terus Bertambah

Facebook
Twitter
WhatsApp
Ilustrasi : Washilah-Ismail HM

“Tiba-tiba orang itu nah sergap ka mau na pegang payudaraku, dengan refleks saya menghindar dan terjatuh karena saya tidak bisa menahan beban kendaraan saya,” ucap Mely (bukan nama sebenarnya), saat di wawancarai melalui WhatsApp dengan suara parau, Sabtu (19/02/2022).

Mely mulai menceritakan potongan-potongan kejadian pelecehan yang ia alami.

Tepat pukul 11:00 Wita Jumat, (18/02/2022), seusai makan bakso bersama temannya, Mely memutuskan pulang ke kosnya yang  di belakang Kampus UIN Alauddin.

Untuk sampai di Kosnya, Mely harus melewati gang sempit, sunyi dan gelap. Di bagian kanan dan kiri gang dibatasi tembok sebagai pemisah antar kampus UIN Alauddin dan pemukiman warga. Disana berjejer bangunan indekos. Mahasiswa UIN Alauddin akrab menyebutnya sebagai Belanda Akronim dari Belakang Dakwah.

Pada saat Mely memacu kendaraannya seorang diri memasuki gang sempit, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi ( FDK ) tersebut melihat dari kejauhan seseorang laki-laki berdiri dengan jarak lima meter dihadapannya, sesekali membuka kaca helm hitam yang ia kenakan dan menatap seolah mengawasinya.

“Pada saat saya mau belok kebetulan belokan tajam dan berlubang otomatis saya harus pelan-pelan, tiba-tiba orang itu nah sergap ka mauka na pegang payudaraku,” cerita Mely.

Mely melonjak kaget dan terjatuh dari kendaraanya. Pelecehan yang dialami Mely tidak hanya sampai disitu. Tanpa terbayangkan dibenaknya, pria tersebut lantas melanjutkan aksi bejatnya dengan memegang payudaranya.

“Terus dia mengangkat sarungnya, na perlihatkan ka kemaluannya,” lanjutnya.

Dengan perasaan yang shock, Mely lantas memilih berlari menjauh dari pelaku dan melaporkan kasusnya ke pihak keamanan kampus. Namun, meskipun pihak keamanan telah melakukan upaya pengejaran, nihilnya jejak pelaku tidak dapat ditemukan. Berangkat dari itu, Mely memutuskan melapor ke Polres Gowa untuk ditindak lanjuti. Selain itu, Mely juga melapor ke Unit Layanan Terpadu (ULT) FDK.

“Tadi, Sabtu, (19/02/2022) saya ditelpon oleh ibu kepala jurusan dan hari Senin ini mauka ketemu sama Wakil Dekan tiga terkait masalah ini,” ungkapnya.

Kejadian serupa juga pernah dialami oleh salah satu Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik. Tepat pukul 09.00 WITA, Minggu, (05/12/2021). Meskipun korban tidak mengalami pelecehan secara fisik namun korban merasa trauma, karenanya pelaku langsung memperlihatkan alat kelaminnya terhadap korban.

Bagi Mely, keputusannya untuk speak-up ke Media Washilah adalah langkah awal untuk menunjukkan ke khalayak ramai bahwa pelecahan seksual dalam tataran kampus memang betul kehadirannya dan perlu diselesaikan dengan tegas.

“Kenapa saya memilih untuk speak-up karena hal-hal ini perlu ditindak lanjuti,” tuturnya.

Lanjut, Mely bahkan berharap kehadiran CCTV dari pihak kampus sangat diperlukan demi mengurangi peluang para pelaku kekerasan seksual.

“ Mahasiswa juga perlu diberi akses jalan untuk lebih mudah masuk ke kampus, lewat belakang atau samping supaya tidak lewat di lorong itu,” harapnya.

Penulis : Ismail HM (Magang)

Editor : Nur Afni Aripin

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami