Washilah — Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Budaya (SB) eSA dan Mahasiswa Pencinta Alam Sultan Alauddin (Mapalasta) menggelar diskusi publik bertajuk “Transformasi sosial dikaki gunung bawakaraeng: peluang dan ancaman bagi kelestarian hutan,” di Lapangan Kampus II UIN Alauddin Makassar, 29/4/2024.
Pembicara pertama, Gunawan Hatmin dalam diskusinya menyampaikan bahwa manusia harus sadar akan hubungan timbal balik dengan alam. Karena dengan menjaga alam akan menjadikan tubuh lebih sehat.
“Kesadaran ekologis alat utama untuk menyadari bahwa alam adalah bagian dari tubuh. Sebab alam tempat nyaman untuk berkontenplasi. Kesatuan dengan alam adalah hal yang prinsipal,” jelasnya.
Senada dengan itu, pemateri selanjutnya Achmaf Yusran, turut menjelaskan alam merupakan karunia tuhan akan tetapi manusia merusaknya dengan membuang sampah sembarangan. Untuk menjaga alam diperlukan dialektika, estetika dan etika dalam menjaga lingkungan.
“Saya tegaskan menumbuhkan dialektika, etika dan estetika tidak hanya dengan diskusi tetapi memerlukan aksi nyata yang berkelanjutan agar membuka mata pikiran,” tegasnya.
Sementara itu, pemateri terakhir Slamet Riadi, menuturkan seharusnya pemerintah menyebarluaskan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau Tempat Pembuangan Sementara (TPS), agar penumpukan sampah bisa diatasi.
“Kalau tahu di situ akan ada penumpukan akan ada pergerakan orang-orang yang bergerak dalam jumlah besar, pemerintah dalam hal ini membuat minimal TPA atau TPS,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia berpesan tanggung jawab menjaga alam tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, tapi kepada masyarakat dan orang yang berpendidikan.
Penulis: Mujahid
Editor: Hardiyanti