Oleh: Rahmat Rizky
Aku terbaring berselancar dalam jurang neraka penuh afirmasi kosong dan kemunafikan
Aku adalah kau dan juga dia
Kita sama, sedang terpenjara
Entah karena apa
Mungkin karena hidup yang penuh tuntutan, tentang Tuhan dan perintahnya
Tentang keluarga dan tanggung jawabnya
Tentang masa depan yang masih abu-abu
Tentang hasrat biologis yang belum terpenuhi
Atau mungkin sedang dalam kekeliruan yang dibenarkan
Kebodohan dan kemalasan bersembunyi di balik retorika penuh pembelaan
Aku, Kamu, dan Dia, terbangun dengan kantung mata lebam di siang hari
Mulut bau bangkai, perut keroncong, mahkota semrawut, badan bau bawang, selangkangan penuh kemih, baju kusut, otak kosong penuh khayal
“Saya mau jadi Dewa” ucap Aku, Kamu, dan Dia, yang baru saja terbangun dari tidur
Malam-malam begitu panjang tak berarti
Kafein diteguk berulang-ulang
Mulut menyerocos mengumpat kemana-mana
Gawai ditatap sampai goblok
Lalu tidur dengan mimpi-mimpi penuh harapan ingin mengubah jagat raya
Aku, Kamu, dan Dia, ingin menjadi Agung, terkuasa, maha dan segalanya
Namun tak sadar masih terbawa mimpi semalam yang gelap, dunia khayal, utopia penuh mimpi-mimpi
Tak jelas mau ke mana, hari demi hari terus saja begitu
Berteman dengan diri sendiri
Dengan nestapa, dengan malas
Dengan ragu, dengan keangkuhan
Dengan overthingking, dengan ayal
Dan dengan iman yang setipis kertas
*Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar.