Harus Bagaimana?

Facebook
Twitter
WhatsApp
Ilustrasi: Washilah-Andi Muh Saleh (Magang).

Oleh: Rahmat Rizky

Aku terbaring berselancar dalam jurang neraka penuh afirmasi kosong dan kemunafikan

Aku adalah kau dan juga dia

Kita sama, sedang terpenjara

Entah karena apa

Mungkin karena hidup yang penuh tuntutan, tentang Tuhan dan perintahnya

Tentang keluarga dan tanggung jawabnya

Tentang masa depan yang masih abu-abu

Tentang hasrat biologis yang belum terpenuhi

Atau mungkin sedang dalam kekeliruan yang dibenarkan

Kebodohan dan kemalasan bersembunyi di balik retorika penuh pembelaan

Aku, Kamu, dan Dia, terbangun dengan kantung mata lebam di siang hari

Mulut bau bangkai, perut keroncong, mahkota semrawut, badan bau bawang, selangkangan penuh kemih, baju kusut, otak kosong penuh khayal

“Saya mau jadi Dewa” ucap Aku, Kamu, dan Dia, yang baru saja terbangun dari tidur

Malam-malam begitu panjang tak berarti

Kafein diteguk berulang-ulang

Mulut menyerocos mengumpat kemana-mana

Gawai ditatap sampai goblok

Lalu tidur dengan mimpi-mimpi penuh harapan ingin mengubah jagat raya

Aku, Kamu, dan Dia, ingin menjadi Agung, terkuasa, maha dan segalanya

Namun tak sadar masih terbawa mimpi semalam yang gelap, dunia khayal, utopia penuh mimpi-mimpi

Tak jelas mau ke mana, hari demi hari terus saja begitu

Berteman dengan diri sendiri

Dengan nestapa, dengan malas

Dengan ragu, dengan keangkuhan

Dengan overthingking, dengan ayal

Dan dengan iman yang setipis kertas

*Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar.

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami