Oleh : Riski Amaliah
Hari yang dimana membuatku merasa gelisah, dimana yang bukan Cuma diriku saja yang merasakan hal itu. Sebab
ini adalah hari yang sangat menentukan hidupku yang akan datang, ku buka portal website salah satu universitas yang kutempati mendaftar, ternyata menyisahkan waktu tiga jam lagi untuk mengeluarkan hasil seleksi penerimaan mahasiswa baru.semua doa, perkataan baik telah kulontarkan, berharap Riski Amaliah masuk disalah satu daftar nama yang lolos di universitas itu.
Rasa kecewa itu masih teringat jelas di hati ini di mana 2 bulan lalu harapan yang sangat besar untuk melanjutkan pendidikan saya di salah satu universitas dengen mengambil jursan yang sangat saya inginkan yaitu Desain Komunuiksi Visual atau yang biasa di sebut DKV, tapi itu bukan takdir ku saya dinyatakan tidak lolos untuk kuliah di universitas itu .
Setelah menghabiskan sepiring kue coklat buatan ibu, sekarang saatnya waktu mendebarkan itu dimulai, sekarang tepat pukul lima soreh. Ada sebuah hasil apapun itu akan kuterima dengan lapang dada.
Memberanikan diri membuka portal web itu kembali, mengklik tulisan peserta yang dinyatakan lolos. Hanya ada air mata yang tiba-tiba mengalir. Kupanggil kedua orang tuaku yang sedari tadi menunggu, untuk memperlihatkan nama anaknya yang diterima disalah satu universitas yang ada di Makassar.
Inilah saatnya aku punya hidup baru ditempat orang.
“Ibu, bapak aku berangkat dulu ya”,
kataku sambil mencium tangan ibu dan bapak.
”Hati-hati ditempat orang yah nak, jangan lakukan hal yang aneh-aneh, cukup fokus dengan kuliahmu saja”,
kata ibu seraya meneteskan air matanya. Akupun refleks memeluk ibu, aku tau betul pasti ibu belum bisa melepas anak semata wayangnya pergi jauh darinya.
Setibanya aku di Makassar aku langsung kekost-kostan yang sebelumnya sudah kuhubungi via telpon. Aku menjejerkan semua barang-barangku diruangan berukuran 3×3 itu.
Keesokan harinya, aku segera siap-siap untuk kekampus membawa semua berkas-berkas yg diminta oleh pihak kampus. Disana aku bertemu salah seorang teman yang ternyata sejurusan denganku, namanya Putri. Dan tak disangka ternyata dia satu kost-kostan denganku.
Senin, pagi-pagi buta aku telah bersiap-siap untuk kekampus. Ya hari ini adalah hari pertama pengenalan dunia kampus untuk mahasiswa baru,
“Put, apa kamu sudah siap?”tanyaku sambil mengetuk pintu kamarnya.
“Iya ris udah kok” jawabnya lantas membuka pintu kamarnya.
”Yaudah ayo kita berangkat supaya tidak telat” kataku.
Sesampainya dikampus kami diarahkan ke sebuah ruangan gedung yang amat luas, disana seluruh mahasiswa baru dikumpulkan, kami diberikan materi-materi tentang seluruh isi kampus kami dan itu berlangsung selama 3 hari.
Hari-hari kuliahku berjalan dengan baik bahkan hubunganku dengan putri juga semakin dekat terasa sudah seperti saudara. Disiang hari kala aku makan dengan putri tiba-tiba telponku berdering ternyanta itu dari mama, seketika tanpa sadar telponku terjatuh kelantai, putri yang melihat kejadian itu langsung bertanya apa yang terjadi terhadapku,
“Ada apa ris?”tanyanya.
”Neneku put, neneku, dia kritis”kataku sambil meneteskan air mata.
Tanpa pikir panjang akupun langsung mengemas pakaian ku untuk pulang ke kampung, menggunakan sepda motor ku mengarah ke kampung halaman yang memakan waktu 2 jam lebih dengan kecepatan 100, namun sesampainya aku disana ternyata aku terlambat, Neneku telah tiada.
Setelah kepergian Neneku aku hanya bisa merenung dan berdiam diri dikamar, membayangkan segala kenangan bersama nenek bahkan niat untuk kembali kuliahpun sudah tak ada sebab motivasiku untuk kuliah hanya datang dari nenek, mengingat semua itu hanya bisa membuatku menangis hingga mataku jadi sembab.
Tiba-tiba bapak dan ibu mengetuk pintu kamarku dan berkata
“Ris pintunya dibuka dulu ya bapak dan ibu mau menyampaikan pesan nenekmu”.
Setelah mendengar perkataan bapak dan ibu aku langsung membuka pintu
“Ada apa pak,bu?” kataku dengan wajah kebingunan.
Kemudian mulailah mama bercerita
“Sebenarnya sebelum kamu pergi nenek memang sudah sakit tapi ia tak ingin mengatakannya padamu, ia tak ingin kamu khawatir dan akan mangganggu proses belajarmu”.
Nenek juga berpesan kepada mama agar aku bisa menyelesaikan kuliahku secepatnya dan bisa membanggakannya.
“Jadi nak, kamu harus kembali kuliah jangan kecewakan nenekmu”
kata ibu dengan nada lembut sembari memelukku.
Aku yang mendengarnya hanya bisa menangis, betapa nenek ingin sekali aku menyelesaikan kuliahku.
Keesokan harinya aku kembali kemakassar, purti yang telah mrnunggu kepulangan ku kembali. Aku sekarang kembali membangun niat untuk segera menyelesaikan kuliahku demi nenek dan kedua orang tua ku. Tapi aku juga berfikir, jika hanya sekedar kuliah aku tidak akan mendapatkan pengalaman yang lebih lantas aku memutuskan untuk masuk ke organisasi jurusan. Untuk bisa masuk ke organisasi itu aku harus melalui masa kader selama Sembilan bulan lamanya namun itu sama sekali tidak mengganggu waktu kuliahku.
Di organisasi ini aku belajar banyak tentang dunia diluar perkuliahan. Dan ya akhir semester ini organisasiku mengadakan kegiatan sosial didesa ajjakkang. Dalam sektor pendidikan kami melakukan pembinaan terhadap siswa SD dan SMP, kami memberikan penyuluhan tentang motivasi hidup lebih baik dan berprestasi. Dalam sektor kesehatan kami bekerja sama dengan tim medis dari rumah sakit tempat kami berkegiatan, kami menyediakan balai pengobatan dan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat.
Selama disana kami tinggal dirumah bapak kepala desa, mereka menyambut kami dengan hangat. Disaat malam sebelum hari penutupan aku berjalan sendiri mengelilingi kampung untuk menghirup udara segar, aku tanpa sadar berjalan hingga sampai disebuah tanah lapang yang hanya ditumbuhi rumput liar.
Tiba-tiba mataku tertuju pada seorang wanita yang duduk ditengah rerumputan. Akupun mendatanginya
“Permisi, ibu sedang apa malam-malam begini?”
tanyaku heran. Ia pun menoleh dan menjawab
“Sedang bertemu anakku”
jawabnya dengan senyum yang lembut.
Aku yang mendengarnya merasa heran karena disini tak ada siapa-siapa selain kami berdua. Mungkin karena melihatku keheranan ia kemudian melanjutkan perkataannya
“2 tahun yang lalu anakku tiada, dia meninggal sebab penyakit yang dideritanya, dan disini adalah tempat favoritnya sembari mengembala kambing milik tetangga, dan hanya ditempat ini aku bisa merasakan keberadaannya”
kata ibu itu dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
“Hey nak, kamu siapa?sepertinya aku tak pernah melihatmu dikampung ini” tanyanya yang baru menyadari aku bukan salah satu penduduk kampungnya.
”Iya ibu kenalkan namaku riski salah satu mahasiswa yang sedang mengadakan kegiatan sosial didesa ini”
jawabku.
“Ehh kalo ibu namanya siapa?”
tanyaku padanya.
“Saya sumiati, kamu bisa panggil ibu sumi”
jawabnya
“Ehh emang adaya kegiatan sosial disini? Kok ibu tidak tau?”
tanyanya keheranan. Aku hanya tersenyum,
“Mungkin karena ibu hanya berlarut-larut akan kehilangan yang teramat mendalam hingga aku tidak tahu-manahu kehidupan dunia luar”
Katanya
“Iya ibu, saya dan teman-teman saya sedang mengadakan kegiatan sosial disini dan besok adalah hari penutupan acara kami, semoga ibu bisa hadir yaa, acaranya diadakan dilapangan desa”
tuturku berharap ibu sumi bisa hadir.
Hari ini adalah acara penutupan kegiatan sosial kami, ditengah keramaian yang sedang berlangsung aku mencari-cari wajah ibu sumi. Tepat dikursi paling belakang ternyata ia sedang duduk sendiri disana, akupun langsung mendatanginya
“Akhirnya ibu sumi datang juga”
kataku dengan riang gembira
“Nak apakah hari ini kamu akan pulang? Dan tidak akan kesini lagi?”
tanyanya dengan raut wajah yang sedih
“Ibu, hari ini adalah hari penutupan kami dan setelah ini selesai kami akan siap-siap kembali ke makassar”
Jawabku
“Nak kamu mengingatkan ibu dengan cica anakku, andai dia masih hidup pasti dia seperti kamu, dulu ia ingin sekali kuliah namun karena keadaan ekonomi kami yang tidak memungkinkan maka dia harus bekerja sebagai pengembala kambing tetangga namun naasnya takdir tak bisa dipungkiri ternyata tuhan lebih menyayanginya”
Kata ibu sumi. Aku mendengarnya harus bisa lebih bersyukur karena masih bisa kuliah tanpa harus banting tulang untuk mencari biaya.
Setelah segala tugasku diorganisasi selesai dan sudah berlaku masa peralihan ke kepengurusan baru, aku beralih kembali untuk fokus ke satu titik yaitu menyelesaikan kuliahku dengan sesegera mungkin.
Hari ini adalah hari dimana aku merasa sangat bahagia, hari ini aku bisa membanggakan ibu,bapak dan nenek yang telah tiada, dengan toga ini aku telah berhasil mewujudkan keinginan nenek. Yaa hari ini adalah hari wisudaku dan bahkan namaku disebut sebagai wisudawan terbaik tahun ini
.”Bapak ibu aku bisa”
kataku sambil memeluk kedua orang tuaku.
“Iya nak, nenekmu pasti bangga terhadapmu”
kata mama.
Hari ini aku, bapak dan ibu ke makam nenek,
“Nenek aku bisa nek, aku berhasil mewujudkan keinginan nenek, bahkan aku jadi wisudawan terbaik nek, dan aku juga dapat beasiswa untuk melanjutkan kuliahku di inggris nek, semoga nenek bangga dengan segala pencapaianku”
kataku dengan penuh tangis.
“Nek, nek, nek, andaikan nenek bisa kembali kesini lagi akan sangat bahagia kehidupan kita nek, nek kumohon”
kataku dengan penuh emosi. Kedua orang tuaku hanya bisa memelukku dan menenangkanku
“Sudah nak sudah, nenek sudah sangat bangga kepadamu, janga ditangisi lagi, kau tau jika kau seperti ini pasti nenek juga akan sedih”
kata bapak menenangkan. Setelah aku tenang barulah bapak mengajakku untuk pulang kerumah
“Nek, aku pamit dulu ya, aku pasti akan sering-sering mendatangi nenek kok”kataku dengan senyum tulus.
Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Semester VI