Washilah – Menjadi Ketua Senat Mahasiswa perempuan pertama dalam sejarah panjang perpolitikan di Fakultas Syariah dan Hukum, mahasiswi Jurusan Ilmu Hukum semester enam ini berhasil membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin, sekalipun di kampus Islam.
Berdasarkan doa yang diselipkan sang ayah ke dalam namanya kita bisa menerawang bahwa ia mungkin dilahirkan ke dunia ini memang untuk menjadi khalifah, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, nama lengkapnya Khalifah Wini Mujaddidah Akbar.
“Khalifah itu pemimpin, WINI itu singkatan dari Wanita Indonesia kalau dalam bahasa Inggris WIN artinya pemenang, sedangkan Mujaddidah itu pembaharuan, Akbar itu besar, jika digabung kurang lebih artinya pemimpin besar perempuan indonesia yang membaharu,” jelasnya. Sabtu (20/07/2019).
Mahasiswi kelahiran Bulukumba 19 Juli 1998 ini tidak sedikitpun menjadikan keperempuanannya sebagai alasan untuk tidak aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Ia sudah malang melintang di organisasi extra maupun intra kampus, sebut saja Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Simposium SulSel, LKBHMI cabang Gowa Raya, HMJ Ilmu Hukum dan hingga saat ini menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH).
Menjadi pemimpin perempuan biasanya dianggap tabu dan tidak mampu, apalagi di kampus Islam yang pada umumnya kental akan budaya patriarki, itu tidak menyurutkan semangatnya untuk menjadi pemimpin. Perempuan yang baru saja merayakan ulang tahun ke-21 nya ini beranggapan bahwa semua orang punya hak untuk menjadi pemimpin, asalkan sesuai syarat, dan diantara syarat itu tidak ada pengecualian untuk perempuan.
“Karena selama ini dalam hal kepemimpinan perempuan itu belum terlalu dilihat, belum terlalu dilirik, makanya saya mengambil langkah ini untuk membuat eksistensi perempuan benar-benar ada,” tuturnya.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengungkapkanan bahwa keluarga adalah yang paling berpengaruh dalam langkahnya hingga saat ini, ayahnya yang juga merupakan mantan aktivis kampus membuat dirinya juga mewarisi sifat aktivisnya.
Berbeda dengan ayahnya yang menyelesaikan masa studi S-1 nya selama 14 semester, di samping kesibukannya dalam berkegiatan, mahasiswi yang telah menyelesaikan Intermediate Training (LK2) HMI ini mengaku ingin cepat menyelesaikan masa studinya, menurutnya sebagai insan akademis dan juga organisatoris harusnya antara akademik dan organisasi harus seimbang.
Perempuan berkacamata ini memberi pesan, sebagai perempuan kita harus mengenali diri sendiri, kita harus tahu apa kodrat kita, apa yang menjadi hak dan kewajiban perempuan, bukan hanya menuntut ini dan itu, dalam menghadapi peradaban yang maju ini kita harus mengetahui jati diri kita, kita harus selesai dalam internal kita sendiri sebagai perempuan.
“Karena kita perempuan maka buktikan bahwa kita ada, bahwa eksistensi kita ada, jangan pernah takut menjadi perempuan,” tutupnya.
Penulis: Arya Nur Prianugraha (Magang)
Editor: Dwinta Novelia