Sebuah rentetan mimpi yang begitu terasa nyata
Langkah, kaki yang searah sudah tak lagi sejalan
Terbiasa tak memiliki arah, bukan tak tahu harus kemana
Merenggakan jemarimu sebuah isyarat untuk kulepaskan
Seperti surya yang datang menghangatkan lalu pergi
Seperti rembulan yang menenangkan, hanya sesaat
Tak ada beda dengan mereka yang datang dan pergi. Dan sepeti biasanya, aku hanya akan terus sendiri tanpa perlu menyendiri
Mengapa ada yang datang lalu pergi?
Mengapa memberi lalu mengambil kembali?
Mengapa berkenalan lalu harus melupakan?
mengapa menerima lalu harus merelakan?
Aku mulai ragu
Tak pernah ada kata siap untuk sebuah kehilangan
Tak perlu persetujuan seseorang untuk melupakan
Sepertinya semua dipertemukan hanya untuk merasakan kehilangan
*Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Politik UIN Alauddin Makassar, semester IV.