Mulai

Facebook
Twitter
WhatsApp
Ilustrasi: Merdeka.com

Oleh: Arya Asb

Di sudut kamar kos yang lusuh Aku terbaring
Menatap atap yang sudah lapuk
Tak lupa pula kupandang kandil yang mulai redup
Hingga membuat pandanganku sedikit kabur, tapi tak apa
Aku sudah ingin beranjak dari tempat tidur

Tapi bantal empuk itu seakan-akan menahanku
Mungkin Aku berhalusinasi, bagaimana tidak? Bantal itu seolah-olah berbisik “Berbaring lah lebih lama lagi, kau lelah”

Mendengar bisikannya membuatku bergumam “Sial, sepertinya Aku sudah menjadi kawulanya” gumamku.
Mungkin dia benar, maka dari itu kuputuskan untuk berbaring lebih lama

Berkatnya, Aku terbaring lagi
Memikirkan banyak hal
Tentang uang bulanan yang sudah habis
Tentang teguran dari orang-orang terdekat
Tentang pilihan yang kuambil dan harus kuselesaikan
Dan tentu saja tentangmu

“Huffff hahhh” terdengar bunyi napasku yang berat, mungkin ini akibat dari berdialog dengan isi kepala yang berkecamuk
Dari pada memikirkan hal yang sama setiap kuterbaring
Mungkin baiknya Aku beranjak pergi
Menuju realitas yang sudah seharusnya kuperhatikan sedari dulu

Barangkali akhir-akhir ini Aku sering berpikiran pesimis, dan bersikap apatis
Aku bahkan sampai lupa mewartakan soal keberadaanku, yah walaupun Aku tidak terlalu yakin ada yang mencariku

“Huuuh sudahlah” Aku bangkit dan beranjak membuka pintu kos yang usang itu
Setelah terbuka, mentari pagi menyinari tubuhku, ia seakan membawa warta kepadaku

“Huff segar, barangkali ini saat yang tepat untuk memulainya kembali” ucapku.

*Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami