Oleh: Iliadin
Beberapa hari lagi BEM mahasiswa di seluruh penjuru Indonesia beserta Cipayung plus akan turun aksi ke jalan mengkampanyekan Jokowi mundur dari jabatannya sebagai presiden dengan ragam isu-isu turunan lainnya. Pasti kita sebagai kaum intelektual mahasiswa akan terlibat aktif pada agenda-agenda besar tersebut.
Gerakan mahasiswa sangat perlu memperhatikan dua hal sebagai dasar pertimbangan untuk perjuangan, antara lain waktu dan kekuatan massa. Dua hal tersebut sangat penting dan menunjang masifnya gelombang perjuangan yang sifatnya continue (berkelanjutan).
Rencana gerakan demonstrasi tersebut bertepatan di bulan puasa 11 April 2022 sementara puasa dalam syariat adalah kewajiban bagi seluruh umat Islam untuk melaksanakannya dan berdosa bagi yang meninggalkan perintah itu.Esensi puasa salah satunya ialah menahan dan mengendalikan diri dari segala macam yang membatalkan puasa termasuk nafsu lawwamah dan nafsu amarah.
Mari kita nilai. Logika sederhananya jika mahasiswa se-Indonesia yang mayoritas muslim turut aktif berpartisipasi kejalan, apakah mereka mampu menahan amarah, haus dan lapar? mungkinkah puasa mereka bertahan dengan perihnya ledakan gas air mata yang sesekali membuat orang kejang-kejang, apalagi demo nasional itu pasti berseteru, saling kejar-kejaran atau baku dorong dengan pihak aparat kepolisian di bawah panasnya terik matahari. Wallahu A’lam
Gerakan mahasiswa harus memperhatikan kekuatan massa sebagai dasar awal perjuangan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, hari ini kampus masih memberlakukan kuliah online untuk beberapa angkatan diantaranya 2019,2020,2021 yang pastinya mengakibatkan jumlah massa lebih sedikit dari gerakan-gerakan sebelumnya yang massif seperti pada penolakan RUU KUHP yang sempat gagal melahirkan reformasi jilid II, atau penolakan RUU Cipta Kerja yang massanya dibantu oleh kelompok buruh.
Kondisi objektif tersebut menandai gerakan mahasiswa 11 April 2022 sepertinya belum siap dan juga sangat mencurigakan.
Tahun 2018 silam saya masih ingat ketika terjadi kenaikan harga BBM subsidi tanpa menunggu waktu yang lama seluruh elemen mahasiswa, masyarakat sipil langsung meresponnya dengan tegas. Namun tahun 2022 ini tidak,berbulan-bulan dulu pemerintah mencabut BBM subsidi baru ada respon bahkan digandeng lagi dengan isu lain seperti penundaan pemilu dan naiknya harga sembako. Ada apa? Kenapa setelah viral lanjut 3 periode baru masalah BBM tersebut mulai diangkat, kemarin-kemarin kenapa tidak demo? Wallahu A’lam.
Di sisi lain gerakan mahasiswa menjadikan wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden sebagai masalah pokok yang mengakibatkan isu-isu lainnya hampir tenggelam, kenapa bukan turunkan harga sembako atau kembalikan BBM subsidi yang framing? bukankah beberapa hari yang lalu pemerintah Jokowi menyatakan tidak akan ada penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan?
Gerakan mahasiswa yang membuat tercengang lagi adalah bersatunya Cipayung plus dalam satu barisan,mereka yang seperti tom dan jerry tiba-tiba berteman, entah konspirasi apalagi yang dibangun? Padahal beda ideologi biasanya melahirkan ego gerakan, ada apa? knp tidak dari peristiwa-peristiwa sebelumnya seperti Omnibus Law kalian berteman dan solid? Apa baru keluar dari istana? Atau ada kupon daging yang diberi?
Tapi saya husnudzan dengan persatuan tersebut kalaulah murni maka ini menjadi awal yang baik bagi gerakan mahasiswa namun jika sebaliknya maka itu menjadi malapetaka bagi bangsa Indonesia.
Selamat berjuang!
*Penulis Merupakan Mahasiswa UIN Alauddin Makassar