Darah dan Kehidupan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Ilustrasi: Istimewa.

Oleh: Awalia Nur Sakinah

Istilah darah berasal dari bahasa Yunani yakni hemo, hemato dan halm. Secara historis, terdapat beberapa budaya di seluruh dunia, baik kuno dan modern yang meyakini terkait kemagisan darah yang dianggap sebagai “esensi kehidupan” karena hilangnya darah yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kematian.

Zaman dahulu, orang-orang menganggap darah sebagai penyebab adanya sebuah kehidupan, sehingga salah satu Gladiator Romawi pada saat itu meminum darah karena menganggap darah memiliki kekuatan vital yang bisa membentengi diri dari pertempuran.

Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh berbentuk cair yang terdiri dari empat unsur seluler, yaitu; sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit), sel-sel darah pembeku atau keping darah (trombosit) dan cairan darah (plasma darah).

Eritrosit atau sel darah merah memiliki komponen utama yaitu hemoglobin serta merupakan sel darah yang paling banyak, yaitu sekitar 99,99% dari seluruh elemen padat darah atau sekitar 700 kali lebih banyak dibandingkan dengan sel darah putih (leukosit) dan 17 kali lebih banyak dari keeping darah (trombosit).

Setetes darah mengandung eritrosit sebanyak 260 juta serta rata-rata darah dari orang dewasa mengandung 25 triliun eritrosit, atau sepertiga dari keseluruhan jumlah sel yang terdapat dalam tubuh manusia.

Pada laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan kandungan jumlah eritrosit dalam tubuh yaitu pada laki-laki dewasa sekitar 4,5 – 6,3 juta sedangkan pada perempuan dewasa sekitar 4,2 – 5,5 juta. Hal ini dikarenakan tingkat metabolisme laki-laki yang lebih tinggi daripada perempuan sehingga kesediaan oksigen yang dibutuhkan juga lebih besar untuk metabolisme sel-sel.

Darah juga merupakan komponen penting dalam penilaian kondisi psikologis tubuh. Terdeteksinya suatu penyakit hingga tingkat keparahannya dapat diketahui dari pemeriksaan darah. Dalam tubuh, darah memiliki fungsi yang sangat kompleks yang dapat kita kategorikan menjadi tiga yaitu sebagai alat transportasi, pertahanan serta regulasi.

Darah merupakan alat transportasi utama dalam tubuh manusia. Oksigen yang berasal dari paru-paru diangkut oleh sel darah merah untuk didistribusikan ke seluruh sel-sel, begitupun dengan karbon dioksida yang dihasilkan oleh sel-sel diangkut ke paru-paru oleh darah untuk dibuang pada setiap kali kita menghembuskan napas.

Selain itu, darah juga akan mengangkut produk limbah lain seperti nitrogen yang berlebih kemudian dibawa ke ginjal untuk dilakukan proses eliminasi, juga darah berfungsi untuk mengambil nutrisi dari saluran pencernaan untuk dibagikan ke seluruh sel-sel yang ada dalam tubuh.

Tidak hanya sampai situ, darah juga berfungsi untuk mengangkut hormon yang akan disekresikan oleh berbagai organ dalam tubuh ke seluruh pembuluh yang kemudian akan diantarkan sampai pada jaringan-jaringan, zat yang diproduksi oleh salah satu organ tubuh dan diangkut ke bagian yang lain untuk dimodifikasi kembali juga merupakan tugas dari sel darah merah ini.

Contohnya saja pada prekursor vitamin D yang diproduksi pada kulit melalui bantuan sinar matahari akan diangkut ke hati kemudian ginjal untuk diproses menjadi sebuah vitamin D aktif, setelah itu vitamin D ini akan diangkut ke usus kecil untuk membantu proses penyerapan kalsium.

Tak hanya sampai di situ, fungsi lain dari darah yaitu sebagai pertahanan dalam tubuh dari serangan patogen dan menjaga tubuh dari kehilangan darah.

Pada sel darah putih tertentu akan menghancurkan patogen dengan cara fagositosis atau proses eliminasi bakteri/kuman penyakit. Kemudian ketika terjadi cedera, trombosit bersama dengan beberapa protein lainnya mengeluarkan jurus untuk proses pembekuan darah sehingga tubuh tidak kehilangan banyak darah. Nah, perdarahan ini sangat beresiko. Kita bisa saja mati karena kehabisan atau kehilangan banyak darah sekalipun itu disebabkan karena luka kecil.

Dan yang terakhir peranan penting dari darah sebagai peregulasi suhu serta pH (asam-basa) tubuh agar tetap konstan 7,4 pada jaringan dan cairan tubuh. Sebagai contoh, ketika tubuh terlalu hangat, darah akan diangkut ke pembuluh darah yang melebar di kulit akibat dari kompres hangat sehingga panas akan melebar ke lingkungan sekitar dan tubuh menjadi dingin hingga kembali ke suhu normal yaitu pada suhu 36,5-37,5 derajat Celsius.

Bisa kebayang betapa kacaunya sistem dalam tubuh kalau darah tidak berfungsi sebagaimana mestinya?

Pernah baca atau dengar istilah tentang donor darah? Atau sudah tahu manfaat dari donor darah bagi kesehatan?

Kalau belum, yuk kita simak beberapa informasi dibawah ini.

Swiss pada tahun 2005 silam menjadi tempat bagi WHO untuk meresmikan peringatan hari donor darah sedunia, yaitu pada tanggal 14 Juni sebagai hari aksi solidaritas yang juga merupakan tanggal lahir seorang ahli biologi dan kedokteran Austria, Karl Landsteiner pelopor transfusi darah modern.

Karl Landsteiner berhasil menemukan penggolongan darah seperti yang kita ketahui sampai saat ini yakni golongan darah A, B, O dan AB. Berkat penemuan tersebut, kini kita dapat melakukan transfusi sesuai dengan golongan darah pendonor dan penerima.

Donor darah merupakan suatu proses penyaluran darah dari satu orang ke peredaran darah orang lain yang sedang membutuhkan. Berdasarkan informasi yang dilansir dari laman ayodonor.pmi.or.id menyebutkan bahwasanya di setiap menitnya terdapat satu orang yang membutuhkan transfusi darah di Indonesia.

Setelah melakukan donor, tubuh akan mengganti volume darah dalam waktu 48 jam setelah donor serta semua sel darah merah yang hilang akan benar-benar terganti dalam waktu empat sampai delapan minggu dengan sel-sel darah merah baru, yang akan membantu tubuh tetap sehat dan bekerja lebih efisien dan produktif.

Aktifitas donor darah ini memiliki kriteria tertentu dalam proses pelaksanaannya, baik dari segi screening kesehatan dari pasien serta proses penyaringan darah nantinya. Syarat-syarat bagi pendonor sendiri telah ditetapkan oleh Peraturan Meteri Kesehatan No. 91 Tahun 2015, yaitu sebagai berikut:

1. Usia minimal 17 tahun. Pendonor pertama kali harus berusia >60 tahun, sedangkan pendonor beulang >65 tahun dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan pendonor tersebut.
2. Untuk penyumbangan darah lengkap yaitu sebesar 450 ml memiliki standar ≥55 kg serta untuk penyumbangan darah 350 ml dengan berat ≥45 kg.
3. Tekanan darah, sistolik dari 90-160 mmHg, diastolic 60-100 mmHg, dengan perbedaan antara sistolik dan diastolik lebih dari 20 mmHg.
4. Hemoglobin berkisar 12,5 hingga 17 g/dL.
5. Jika pendonor mengalami anemia, jaundice atau penyakit kuning, sianosis, dyspnea, ketidakstabilan mental, konsumsi alkohol dan keracunan obat tidak direkomendasikan untuk melakukan kegiatan donor darah.
7. Penolakan sementara endoskopi dengan biopsi menggunakan peralatan fleksibel, kecelakaan inokulasi, akupuntur, tattoo, tindik badan, mukosa terpercik oleh darah manusia, transplantasi organ, epilepsi, demam, kehamilan, serta penyakit tropik.

Manfaat yang diperoleh pendonor setelah melakukan kegiatan donor darah tidak hanya dirasakan secara fisik saja tetapi juga secara psikologis di antaranya yaitu penyakit jantung yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia dapat dicegah dengan melakukan aksi donor darah karena proses ini dapat menetralkan kandungan zat besi dalam tubuh.

Kelebihan zat besi dapat menimbulkan kelainan pada jantung serta kelebihan tersebut dapat menyebabkan pembentukan kolesterol jahat (LDL) yang dapat menyumbat pembuluh darah. Sehingga dengan melakukan donor darah dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke.

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam “Journal of the Nation Cancer Institute Volume 100” orang-orang yang rutin melakukan donor darah mengalami penurunan risiko beberapa jenis kanker seperti kanker hati, usus besar, paru, esophagus, dan perut.

Selain itu donor darah juga mampu menstimulasi peningkatan produksi sel darah merah yang baru dalam tubuh sehingga tubuh lebih fit dalam melakukan proses metabolisme.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa darah dapat dijadikan sebagai parameter untuk mendeteksi suatu penyakit serta tingkat keparahannya.

Standar prosedur yang dilakukan setelah pengambilan darah yaitu dengan kembali menyaring darah dari berbagai macam penyakit serius seperti HIV, hepatitis C, sifilis, dan malaria. Sehingga salah satu manfaat dari donor darah yaitu kita bisa mengetahui tingkat kesehatan dari tubuh kita sendiri.

Dan yang tak kalah pentingnya, yaitu manfaat secara psikologis yang dapat dirasakan oleh pendonor. Mental Health Foundation menyebutkan bahwa donor darah dapat mengurangi stress, meningkatkan kepuasan dan kebahagiaan hidup, membantu menyingkirkan perasaan negatif, menciptakan rasa saling memiliki dan mengurangi perasaan kesepian.

Seringkali kita merasa abai pada hal-hal kecil yang bisa saja membahayakan kesehatan. Padahal untuk melakukan donor darah tidak hanya sekedar bermodalkan kemauan saja, namun kondisi kesehatan tubuh menjadi kunci bisa tidaknya seseorang mensedekahkan sebagian darah yang dimiliki untuk orang yang membutuhkan sehingga menjaga agar tubuh tetap sehat sangatlah penting untuk diri sendiri serta orang lain.

Ayo jaga kesehatan, ayo rutin donor darah!

*Penulis merupakan Kepala Bidang Kesehatan PC IMM Gowa

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami