Maret dua ribu sembilan belas, dunia pendidikan mulai redup
Anak TK hingga mahasiswa mulai belajar daring
Terasa aneh saja proses pembelajaran ini, tak ketemu guru, tak kenal dosen, sesama kawanpun belum berjumpa dan saling kenal.
Pada masa telah ditentukan, aku mulai termenung
Aku memikirkan kuota yang harus cukup, jaringan bagus, baterai handphone penuh, ruangan yang elok dipandang dan posisi handphone yang tidak jatuh bangun.
Aku memulai dengan Bismillah
Sayup-sayup aku mendengar dosenku sedang mengabsen tatkala kamera handphoneku masih dalam posisi off
Sebab baru terbangun dari tidur usai salat subuh.
Meski belum mandi, sarapan dan mengganti sarung tidur
Sekelebat aku menyalakan kamera, lalu menjawab, “hadir, pak!”
Aku begitu serius menyimak pemaparan dosen, namun tiga puluh menit berlalu, rasa bosanku memuncak sampai ke ubun-ubun
Dengan sadar dan tanpa merasa bersalah, kumatikan saja kameraku.
Aku mendapat kabar kawanku yang di sana dinyatakan alpa karena jaringan yang begitu tak bersahabat
Ini sesuatu yang tidak adil, batinku
Apakah mereka tidak menyadari situasi pandemi seperti ini?
Tapi… ah sudahlah
Berargumenpun baginya tak penting.