Matahari pun Berkiblat

Facebook
Twitter
WhatsApp

Oleh : Sadri Saputra. S.

“Tepat pada hari ini, matahari berada di atas Ka’bah seakan-akan bercerita dan memberikan gambaran kepada manusia bahwa matahari juga berkiblat dan bersujud di hadapan Allah SWT Sang maha pengatur semesta”

Matahari dan Bulan Beredar Menurut Perhitungan (Q.S. Ar-Rahman:5), Alam semesta yang diciptakan dengan sempurna, menunjukkan tiada satupun makhluk ciptaan Tuhan yang sia-sia, ia masing-masing memiliki peran tanpa pernah melampaui batasan perannya apalagi meninggalkan perannya.

Penciptaan alam semesta yang sedemikan kompleks ini, menjadikan kita percaya akan Ke-Maha Besaran Allah SWT. Apalagi ketika kita berbicara tentang makhluk Tuhan yang begitu patuh dan taat terhadap waktunya masing-masing; Matahari dan Bulan.
Sebagaimana yang telah difirmakan Allah SWT dalam Surah Ya-Sin ayat 40 “Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing berbedar pada garis edarnya” (Q.S. Ya-Sin:40). Ayat ini secara jelas menggambarkan bahwa dua makhluk ciptaan Tuhan ini tidaklah mereka saling melampaui batasan perannya masing-masing, kehadiran dan kepergiannya di permukaan bumi ini tidak pernah lambat dan cepat walaupun sedetik, selain itu dari ayat ini juga menggambarkan sedemikan teraturnya penciptaan alam semesta.

Matahari, selain sebagai sumber cahaya untuk menerangi bumi, menjadikan setiap makhluk yang berpijak dipermukaan bumi dapat menjalankan aktivitasnya. Kehadiran matahari sebagai sumber penerangan tanpa listrik dan batasan watt yang tidak terhingga, adalah suatu bukti Ke-Maha Besaran Allah SWT.

Di sisi lain, kehadiran matahari bagi umat Islam adalah sebuah keniscayaan dalam menunjang aktivitas ibadah kaum muslim, bagaimana tidak? Mulai dari pelaksanaan ibadah Salat yang harus menghadap kiblat, waktu Salat, hingga pada pelaksanaan ibadah puasa yang senantiasa bergantung pada matahari.
Dalam Ilmu Falak khusnya dalam penentuan arah kiblat, matahari menjadi organ yang sangat penting, mulai dari alat klasik seperti tongkat istiwa hingga alat modern seperti kiblat tracker kesemuanya hanya dapat difungsikan dengan bantuan matahari.

Pergerakan matahari dapat memberikan isyarat kepada manusia dalam menunjang ilmu pengetahuan khususnya ilmu falak dalam penentuan arah kiblat. Azimuth matahari dapat menjadi acuan dalam pengimplementasian penggunaan Instrumen pengukuran arah kiblat dengan akurat.

Terlebih lagi, pada suatu momentum tertentu Matahari tepat berada di atas Ka’bah, momentum ini dalam kajian ilmu falak disebut Rashdul Kiblat, fenomena Rashdul Kiblat menunjukkan posisi matahari tepat di atas Ka’bah sehingga seluruh benda tegak lurus yang ada di permukaan bumi tepat menghadap ke Ka’bah atau Kiblat. Fenomena ini terjadi pada tanggal 27-28 Mei (Jam 16:18 WIB) dan 15-16 Juli (Jam 16:27 WIB) setiap tahunnya.

Dr. KH. Ahmad Izzuddin dalam tulisannya yang berjudul Metode Penetuan Arah Kiblat dan Akurasinya yang dimuat dalam Conference Proceedings Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS XII) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, mengatakan bahwa: “metode penentuan arah kiblat tradisional ini termasuk akurat” selain itu padav tulisan tersebut juga dijelaskan secara rinci mengenai konsep Rashdul Kiblat.

Fenomena ini mengetuk hati dan fikiran kita, bahwa matahari tidak hanya sebagai sumber cahaya untuk keberlangsungan hidup makhluk di muka bumi ini, tapi juga memberikan gambaran bahwa matahari adalah suatu bentuk Ke-Maha Esaan Allah SWT dalam menciptakan Alam Semesta ini.

Tepat pada hari ini, matahari berada di atas Ka’bah seakan-akan bercerita dan memberikan gambaran kepada manusia bahwa matahari juga berkiblat dan bersujud di hadapan Allah SWT Sang Maha pengatur semesta. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Hajj ayat 18: “Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki” (Q.S. Al-Hajj:18).

Pada momentum Rashdul Kiblat ini atau lebih kita kenal dengan Matahari di Atas Ka’bah, sebagai umat Islam sebaiknya tidak melewatkan fenomena ini untuk kemudian mengoreksi kembali posisi arah kiblat rumah, musala, masjid, dan lapangan tempat kita melaksanakan sholat. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa menghadap kiblat adalah salah satu syarat sahnya sholat (Ibnu Rusyd: 1975), sehingga ketepatan posisi arah kiblat sebisa mungkin tepat menghadap ke Ka’bah.

Dalam sebuah sejarah, yang diabadikan dalam Surah Al-Baqarah ayat 144: “Kami melihat wajahmu (Muhammad) menengadah ke langit, maka akan kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Baqarah/2: 144).

Ayat tersebut merupakan perintah perpidahan arah kiblat, yang dikisahkan bahwa, pada saat Rasulullah SAW, sedang melaksanakan ibadah salat dzuhur di masjid Bani Salamah pada rakat pertama dan kedua Rasulullah SAW bersama para sahabat berkiblat ke arah Masjid Baitul Al-Maqdis dan kemudian pada saat rakaat ketiga dan keempat Rasulullah SAW bersama sahabat menghadap ke arah Masjidil Haram Mekkah. Hal ini menggambarkan bahwa pengecekan arah kiblat sangat penting untuk dilaksanakan demi kesempurnaan ibadah sholat yang dilaksanakan.

Tidak ada kata sulit untuk melakukan uji akurasi arah kiblat baik di rumah, musala, masjid, dan lapangan, Allah SWT telah memberikan skenario luar biasa kapada manusia untuk menentukan arah kiblat dengan melalui matahari, makhluk yang tidak pernah alfa dalam mengikuti siklus kehidupan manusia, makhluk yang dapat kita amati secara kasat mata tanpa teknologi apapun, seperti inilah Ke Maha Kuasaan Allah SWT yang ditunjukkan kepada hambanya yang berfikir.

*Penulis Merupakan Mahasiswa Jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum (FSH). 

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami