Oleh: Nurul Alisyah Natsir
Ditengah hebohnya program vaksinasi Covid-19 yang telah masuk di Indonesia dan sudah digunakan oleh berbagai pihak, termasuk Presiden Joko Widodo dan juga tentang bencana yang telah terjadi di Indonesia, menyebabkan penularan Covid-19 di Indonesia semakin tak terkendali, dilansir dari info covid.go.id tercatat sudah 1.037.993 orang yang positif terkena virus corona.
Jumlah yang sudah terbilang bukan jumlah sedikit ini, sudah sangat menghawatirkan, dengan jumlah 1.037.993 kasus ini berarti orang Indonesia yang menjalani perawatan dalam kondisi berat, sedang, ringan maupun tanpa gejala. Sejak kasus pasien positif Covid-19 meningkat secara drastis, banyak Rumah Sakit yang penuh dan tenaga kesehatan merasa kewalahan dan kelelahan menangani linjakan drastis pasien yang dinyatakan terinfeksi corona virus. Akibatnya, hal tersebut menjadi suatu kekhawatiran bagi masyarakat di Indonesia.
Dampak dari meningkatnya kasus covid-19 di Indonesia ini membuat pasien covid-19 kesulitan untuk mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan. Rumah Sakit rujukan pasien Covid-19 di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) telah terisi 100% berdasarkan data Lapor Covid-19.
Sebelumnya Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) menyebut saat ini rumah sakit dipulau Jawa dan Bali dalam kondisi nyaris koplas, ditandai dengan banyaknya kasus pasien Covid-19 dengan kondisi sakit sedang dan berat meninggal di ruang instalansi gawat darurat sehingga harus dilakukan pengetatan dan pengendalian kasus untuk tetap menjaga aktivitas sosial ekonomi.
Juru bicara Ikatan Dokter Indonsesia (IDI) Halik malik menegaskan angka satu juta Covid-19 menjadi peringatan bagi sistem kesehatan nasional bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi, terutama dalam hal pencegahan Covid -19 pada masyarakat di Indonesia.
Pakar kesehatan Hermawan saputra mengatakan “Kalau kita lihat kenaikan ini adalah hal yang wajar, dimana keterbukaan kita dalam aspek mobilitas kegiatan, baik itu pariwisata, sosial, keagamaan itu luar biasa puncaknya pada bulan desember lalu, bahkan ada aktivitas pilkada atau politik.”
Menurutnya, itu menyebabkan apa yang ia sebut sebagai ‘Massive transmission atau silent transmission’ dikomunitas, perkantoran, industri bahkan diarea keluarga dan terus menyebar. Dengan fasilitas dan sumber daya yang dikerahkan, nyatanya laju kasus nyaris mengalahkan kemampuan rumah sakit menampung lonjakan pasien Covid-19.
Namun fasilitas tersebut tidak cukup untuk menampung kasus aktif Covid-19 yang semakin meningkat ini. Ketika akumulasi kasus masih kisaran 1.000 orang, Presiden Joko Widodo meresmikan fasilitas wisma altet, Jakarta sebagai rumah sakit darurat Covid-19 pada 23 Maret 2020.
Relawan lapor Covid-19 mengatakan pihaknya telah menerima 23 laporan kasus pasien yang ditolak rumah sakit dikarenakan sudah terisi penuh, maupun pasien yang akhirnya meninggal dunia saat di perjalanan atau di rumah. Kendala kemampuan pada rumah sakit akibat penuhnya kapasitas terjadi bukan hanya karena pasien Covid-19, namun juga pasien umum yang ditangani.
Tingginya angka positif ini membuat sejumlah Rumah Sakit di berbagai daerah terancam kolaps, hingga tak mampu lagi menangani pasien covid -19. Tak hanya Rumah Sakit rujukan, tetapi Rumah Sakit Wisma Atlet Kemayoran juga mengalami hal yang serupa. RSD Wisma Atlet yang tadinya diperuntukkan bagi pasien tak bergejala kini sampai harus menangani pasien bergejala berat.
Kendala kemampuan Rumah Sakit ini disadari oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Ia mengatakan penuhnya kapasitas Rumah Sakit bukan hanya karena pasien covid-19, namun juga pasien umum yang masi ditangani. Menurutnya Rumah Sakit hanya menyediakan 30 persen dari kapasitas untuk pasien covid-19. Kapasitas itu tidak menutupi jumlah pasien yang ada saat ini.
*Penulis Merupakan Mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI).