Puskistek UIN Alauddin Adakan Kajian Gerakan Literasi

Facebook
Twitter
WhatsApp
Sulham Yusuf memberikan materi kajian yang bertajuk “Gerakan Literasi Berbasis Komunitas – Mahasiswa" di Café Dielaktika Jl.Wesabbe, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar. Senin (24/07/2017)

Washilah – Lembaga Pusat Penelitian dan Penerbitan Masyarakat (LP2M) Pusat Kajian Islam, Sains dan Teknologi (Puskistek) UIN Alauddin Makassar menggelar kajian rutin yang bertajuk “Gerakan Literasi Berbasis Komunitas – Mahasiswa” Bekerja sama dengan Institute Paradigma Makassar di Café Dielaktika Jl. Wesabbe. Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar. Senin (24/07/2017) kemarin.

Kegiatan ini menghadirkan dua orang Guest Speaker yakni Sulhan Yusuf selaku pegiat literasi sekaligus Direktur Institute Pradigma Makassar dan Wahyuddin Halim P.hd Kepala Puskistek UIN Alauddin Makassar. selain itu, turut hadiri beberapa mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di Makassar.

Sulhan Yusuf mengatakan, di Indonesia budaya membaca dan tulis menulis masih tergolong rendah. Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara yang diteliti tingkat literasi warganya, hasil publikasi ini bermula dari rilis yang di keluarkan oleh Central Connecticut State University AS, sementara data dari The organization for Economi co-operatin and Development (OECD) yang di tambal Najwa Shihab di Kompas.com Agustus 2016 lalu menempatkan Indonesia berada pada tingkat terendah budaya literasinya di antara 52 negara di Asia.

United and Nations Educational, scientific and Cultural Organization (UNESCO) melaporkan bahwa kemampuan membaca anak-anak di Eropa dalam setahun rata-rata menghabiskan 25 buku, sedangkan Indonesia mencapai titik terendah yaitu 0,001 %.

“Pengumuman hasil pemeringkatan literasi dari 61 negara, Indonesia duduk di peringkat ke-60 jangan membuat kita putus asa. Tidak berguna kita protes, lebih baik kita berfikir dengan kepala dingin dan memperkuat harapan budaya membaca kita,” imbaunya.

Faktor utama yang menyebabkam literasi rendah, kata Sulhan yaitu standar UNESCO yang idealnya durasi membaca 4-6 jam sehari, sementara kita 2-4 jam sehari. Padahal negara maju menghabiskan 6-8 jam sehari.

Sementara itu, Kepala Puskistek UIN Alauddin Makassar Wahyuddin Halim, mengatakan selainaa untuk menyebarkan virus budaya literasi, kegiatan ini juga menjadi eksperimen oleh Puskistek dan bersifat Pengembangan Intelektualisme dalam kampus.

“Ini menjadi satu eksperimen bagi Puskistek dan kedepannya Puskistek kita jadikan semacam LSM yang berplat dinas. Kita ada dana, tapi semua kegiatan itu dimaksudkan untuk pengembangan intelektualisme dalam kampus dan bulan depan insa allah kita akan adakan Pelatihan pengembangan Intelektualisme Islam, kita pilih mahasiswa-mahasiswa dari berbagai fakultas,” ungakapnya.

Selain itu, salah seorang peserta kajia Andi Ichsan Adiwisastra berharap, melalui kegiatan tersebut bisa menjadi wadah agar lebih giat membaca buku dan bisa memicu budaya literasi.

“Saya berharap setelah kegiatan ini Puskistek bisa membuat wadah atau menciptakan semacam perkampungan ilmiah yang sangat memperhatikan budaya literasi,” ujarnya.

Penulis: Muhammad Fahrul Iras (Magang)
Editor: Erlangga Rokadi

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami