Kota Tanpa Nafas

Facebook
Twitter
WhatsApp

Karya Ahmad Qomar

Asa dan cita menjadi modal awal
Mengiringi setiap serap langkah kaki
Membasuh setiap tetes peluh yang jatuh
Dan merangkai senyum di wajah
Demi menyambut masa depan yang cerah
Menuntut ilmu di kota
Meninggalkan keluarga di desa
Dan semua kesenangan di masa muda

Cahaya gempita membentang sepanjang jalan
Menuntun langkah mengenyam pendidikan
Besar sudah dipupuknya harapan
Menimba ilmu di kota tujuan
Lalu pulang ke desa untuk membawa perubahan

Baru saja bunga itu akan bermekar
Menyambut butir-butir hujan yang menyambar
Serta cerahnya mentari yang bersinar
Seketika ditutup langit hitam terbakar
Bersamaan dengan hilangnya asa yang berpendar

Begitulah ruam mengantar pada luka
Seperti lantunan syair yang menggambarkan duka
Tanpa hembusan nafas di balik dedaunan tua
Dengan barisan gedung tak bermakna
Karena kota yang ditujunya untuk menuntut ilmu
Sangat sarat akan musslihat tipu
Dipoles apik ideologi liberalisasi yang buntu
Mematikan kinerja manusianya yang tak maju-maju

Sungguh pendidikan hanya menjadi ladang uang
Oleh mereka yang mengaku penggerak pemerintahan
Mencukur habis hingga pada setiap sekat ruang
Yang menjadi tempat sisa perjuangan pendidikan
Bagi mereka masih mengharap cerahnya masa depan

Sementara pendidikan kian dipenuhi muslihat
Dijalankannya tirani dari orang-orang tidak tepat
Jauh menenggelamkan kota itu dalam gelap nan pekat
Kota tanpa nafas tapi berkembang pesat
Dengan orang-orangnya yang selalu berkehendak jahat

Nafas menjadi berat seiring langkah melambat
Asap polusi yang pekat terbang tak tercegat
Lamat-lamat, pudar namun tetap terlihat
Bila sumbernya kau sumbat, kau akan dicap penjahat
Pendidikan ini sarat pergumulan, ideologi politik yang menyesatkan
Munculnya konsep otonomi pendidikan dan semakin berkembang
Tiada lagi menyisakan ruang demi secuil ilmu pengetahuan
Karena kecerdasan bangsa digadaikan untuk selembaran uang

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami