“Negara yang Miskin Keadilan” Oleh Charissa A Rasyid

Facebook
Twitter
WhatsApp
Foto ilustrasi: Seorang petani yang mengangkat air dos pemberian dari orang berjalan ke gubuk rumah kecil tanpa jendela ditengah sawah. Sumber: doc.pribadi Charissa.
Keadilan rupanya lebih menarik untuk diberitakan, ditulis, dikhutbahkan, diperbincangkan ketimbang dipecahkan
Jerit memohon keadilan sudah bergema di mana-mana, persoalan yang tak pernah bisa terjawabkan
Kenyataan mengenai matinya keadilan sangat memelintir urat tenggorok tiap insan dalam tiupan kritik yang hilang bersama angin
Di mana sesungguhnya pengejawantahan keadilan? Jika hubungan dibentuk dalam arena komersial, legalitas, dan kekuasaan
Sepetak tanah kecil untuk pedagang kaki lima disebut sebagai tempat terlarang melanggar estetika perkotaan
Sebongkah tanah luas yang berdiri tegas seakan tak puas dijaga oleh satpam oleh yang berduit, dan hidup tentram dalam dinginnya ruangan
Di Negeri ini, masyarakat miskin akan keadilan, di negeri yang sama pula keadilan bisa dibeli dengan uang, ketika itu pula keadilan dimatikan. Semua ini tidak tabu, tak beracun, dan terus menerus berlabuh. Mengenaskan
Terpesan padamu kawan, Selamat menciptakan keadilan versi terbaik kalian!

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami