Washilah – “Agak jarang lagi suara Islam menyuarakan kemiskinan,” ucap Rahmatullah Usman, salah satu dari tiga narasumber pada diskusi yang bertajuk “The End Of Religion” dalam Tadarrus Sastra yang diselenggarakan oleh UKM SB eSA UIN Alauddin Makassar di Aula MAN 2 Makassar, Sabtu (30/3/2024).
Lebih lanjut, Pengajar Jaringan Aktivis Filsafat Islam (Jakfi) Makassar itu mengatakan bahwa Islam bukan hanya jarang menyuarakan kemiskinan, namun juga terkait “hak-hak yang tidak adil, tapi suara Islam ada di hotel-hotel mewah, ketika ustaz-ustaz industri yang menjadi pacuan,” lanjutnya.
Selain itu, Ia menuturkan bahwa agama di era sekarang sudah menjadi kapitalisme kelas atas, yang dimana orang-orang menggunakan agama sebagai alat industrialisasi.
Ia juga menyebutkan bahwa ada masalah kesadaran kolektif keagamaan di dalam masyarakat, seolah-olah orang memaknai agama hanyalah persoalan akhirat semata dan tidak memikirkan dunia.
“Fungsi agama sudah tidak lagi menyuarakan tentang hak asasi manusia,” tuturnya.
Di forum yang sama, Dr Muhammad Ashar menekankan “The End” pada tema diskusi ini bukan berarti agamanya yang berakhir, melainkan fungsi dari agama itu sendiri.
“Jangan salah paham bahwa “The End” ini memberangus agama dari muka bumi, fungsinya doang yang bermasalah,” tutupnya.
Lebih lanjut, ia juga mengemukakan hasil penelitian ilmiah yang berbasis Al-Qur’an tentang negara yang paling islami, dan hasilnya negara di peringkat atas adalah negara-negara barat, dan negara Islam itu sendiri berada di peringkat bawah.
“ironisnya, negara-negara barat tersebut mayoritas ateis, berarti ateis yang islami, sementara yang Islam, tidak islami,” katanya.
Penulis: M.Nur Fathun Na’im Syaiful (Magang)
Editor: Sriwahyuni