Oleh: Rahmat Rizki
Aku tak lagi melihat pohon rimbun sebagai kenangan
Ia pecah, berhamburan, bergeliat diterkam tanah
Pengembaraan memang selalu seperti ini, terus berlanjut.
Tak ada lagi perhentian untuk berteduh
Sebab rimbun pohon selalu sama, hanya meneduhkan panas, sedang hujan tetap menusuk sebagai dingin yang menyakitkan.
Segalanya adalah abu-abu
Namun gelap selalu menanti terang
*Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Sejaran Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar