Kisruh CBT Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Mahasiswa

Facebook
Twitter
WhatsApp
Ilustrasi: Arsip Washilah

Washilah – Character Building Training (CBT) merupakan program soft skill dari Lembaga Ma’had Al-jami’ah UIN Alauddin. Program ini dirancang untuk membangun karakter mahasiswa secara dini melalui mekanisme pelatihan yang berbasis pada nilai-nilai keislaman dan kebudayaan baik aspek intelektual, emosional, moral, sosial, maupun spiritual.

Direktur Ma’had Al-jami’ah, Prof Syahruddin Usman menuturkan, Mahasiswa UIN Alauddin memiliki latar belakang yang berbeda sehingga perlu penanaman karakter yang baik. “CBT ini sebagai wadah untuk mengingatkan mahasiswa bagaimana berperilaku, menghormati, dan berinteraksi baik dengan dosen maupun sesama mahasiswa,” tuturnya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (22/03/2022).

Pembinaan dan pelatihan, kata Prof Syahruddin dilakukan selama tiga hari di Ma’had Al-jami’ah. Kemudian, akan ada pembinaan selama 40 hari oleh mentor. Mentor yang telah ditunjuk akan mendampingi dengan berinteraksi dan berdiskusi terkait hal-hal yang seharusnya dilakukan mahasiswa untuk berhasil dan memiliki karakter yang baik.

Berbeda dengan apa yang dikatakan Prof Syahruddin, salah satu mahasiswa akhir Jurusan Ilmu Politik, Ami (bukan nama sebenarnya) justru secara gamblang mengatakan kalau CBT hanya formalitas. Menurutnya, mustahil bisa membangun karakter dengan waktu mentoring yang singkat.

Ia menambahkan, terkadang mentor cukup sibuk dan sulit untuk ditemui meskipun sudah atur jadwal. Alasannya, karena bentrokan dengan jadwal mengajarnya atau akan menguji mahasiswa. 

Padahal, menurut Prof Syahruddin, mentor ditunjuk melalui Surat Keputusan (SK) Rektor. Jadi ada tanggung jawab dan imbalan (gaji) yang diberikan. “Mentor itu tidak sukarela, jadi kalau dia tidak menjalankan berarti ada amanah yang dilanggar.” 

Karena sertifikat CBT juga dibutuhkan sebagai syarat wisuda, Ami mengatakan beberapa mahasiswa termasuk dirinya terpaksa untuk ikut. “Saya ikut, karena wajib. Saya ikut karena butuh sertifikatnya,” tuturnya. 

Hampir serupa dengan Ami, Ana (bukan nama sebenarnya) bahkan mengaku tidak pernah ikut mentoring untuk mendapatkan sertifikat CBT. 

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika itu menjelaskan, dirinya hanya disuruh merangkum semua materi yang diberikan pada saat pelatihan serta mengisi resolusi yang ditandatangani oleh orang tuanya.

Keberhasilan CBT, menurut pandangan Prof Syahruddin tergantung pada kesadaran mahasiswa itu sendiri. Pembinaan karakter hanya sebagai pengingat, bukan untuk mengubah. Ia menyadari bahwa kampus yang berlabel Islam harus memiliki alumnus yang mendapat predikat bagus dan berakhlak yang baik di tengah masyarakat.

Penulis: Irham Sari (Magang)

Editor: Jushuatul Amriadi

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami