Washilah – Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di UIN Alauddin Makassar terus dipersiapkan, berbagai upaya telah dilakukan untuk menerapkan program yang digagas oleh Nadim Makarin ini.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills. Harapannya, agar alumni setiap kampus lebih siap dan memiliki skill yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Ada delapan bentuk kegiatan pembelajaran yang ditawarkan dalam program MBKM, yaitu pertukaran pelajar, magang/praktik kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian atau riset, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi atau proyek independen, dan membangun desa/kuliah kerja nyata tematik.
Pada 17 September 2020, reporter Washilah melakukan wawancara khusus dengan Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis terkait program MBKM. Namun, pada saat itu Rektor mengungkapkan belum ada arahan terkait kebijakan program MBKM.
“Belum ada komunikasi, mungkin karena faktor covid, jadi program-program sampai dilevel kementerian itu banyak yang terhambat, jadi sampai sekarang kampus kita belum ada pembahasan khusus soal ide kampus merdeka itu,” ungkap penulis buku Melawan Takdir itu saat ditemui di ruang kerjanya.
Wacana program MBKM di Kampus Peradaban mendapat respon baik dari kalangan mahasiswa, salah satunya Ahmad Rudianto, mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) angkatan 2018.
Ketua HMJ Pendidikan Fisika periode 2021 tersebut beranggapan dengan adanya program MBKM, dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa dalam mengasah kemampuan sesuai minat dan bakat yang dimiliki.
“Saya merespon dengan baik diterapkannya Kampus Merdeka di UIN Alauddin Makassar,” tuturnya ketika diwawancarai via Whatsapp.
Setahun berlalu sejak program tersebut diluncurkan, Pimpinan UIN Alauddin Makassar sedikit demi sedikit mulai melakukan pelatihan terkait MBKM. Hal ini diperjelas oleh Wakil Rektor I (WR I) bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Prof Mardan.
Eks Dekan Fakultas Adab dan Humaniora itu menjelaskan, selain mengadakan pelatihan sebagai tindak lanjut dari Program MBKM, seluruh program studi (Prodi) juga telah menyusun kurikulum kampus merdeka sejak Mei lalu, dan akan selesai pada akhir tahun ini.
“Seluruh prodi sekarang sementara menyusun,” jelasnya.
Senada dengan WR I, Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama (AAKK), Dr Yuspiani mengatakan semua Prodi saat ini sedang menyesuaikan kurikulum.
“Prodi sudah diberi pengetahuan dan pemahaman terkait bagaimana program ini bisa berjalan,” katanya.
Lebih lanjut, Ia juga menjelaskan setiap prodi wajib mengatur kesiapannya. Khususnya terkait penilaian, administrasi dan relevansi antara ilmu dan pengetahuan.
“Setiap Prodi harus mengatur kesiapannya terkait bagaimana dengan penilaian, administrasi, dan ketersesuaian antara pengetahuannya dan ilmunya,” jelasnya.
Selain itu menurut Dr Yuspiani, konsep MBKM penting diterapkan di Kampus Peradaban karena wawasan dan pengembangan keilmuan harus disandingkan, disinkronkan dan diintregasikan dengan pusat-pusat pelatihan industri dan dunia kerja.
Hal ini sejalan dengan adanya surat keterangan pendamping ijazah (SKPI), dimana isinya adalah seluruh pengetahuan yang di peroleh diluar dari potensi soft skills.
Prof Mardan juga memberikan contoh keahlian yang dimasukkan ke SKPI misalnya seperti pelatihan managemen dan kewirausahaan itu semua bisa menjadi bahan penunjang untuk SKPI.
Namun ketika ditanya kapan program MBKM bisa dilaksanakan, Prof Mardan memberikan pernyataan bahwa masih menunggu disahkan oleh Rektor.
“Karena tidak boleh dilaksanakan sebelum disahkan oleh Rektor,” tukasnya.
Demi terwujudnya MBKM di Kampus Peradaban beberapa Fakultas telah melakukan seminar terkait MBKM, diantaranya adalah Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Syariah dan Hukum serta untuk jurusan sendiri Hukum Tata Negara dan Ekonomi Islam telah siap menerapkan MBKM.
Penulis: Meiningsih Diah & Dhea Angraeny
Editor: Ardiansyah