Oleh : Awalia Nur Sakinah
Pertama kali saya mengetahui tanaman rimpang bernama jahe saat saya ingin mengikuti lomba cerdas cermat diusia sembilan tahun. Waktu itu, saya masih menduduki bangku kelas empat sekolah dasar. Entah apa alasannya, saya ditunjuk untuk mewakili sekolah dalam lomba tersebut bersama dua orang lainnya.
Saya ingat betul cerdas cermat yang saya ikuti berfokus pada tema tanaman herbal dan khasiatnya dalam kehidupan sehari-hari. Berbulan-bulan saya dan teman se tim dalam lomba itu menjajaki buku-buku di perpustakaan sekolah guna mencari tahu materi dari tema yang akan diperlombakan.
Bertemulah saya dengan jahe. Saya pelajari dengan detail khasiat dari tumbuhan ini yang dapat memperkuat sistem imun tubuh, menangkal infeksi bakteri dan virus, serta mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah dan kolesterol.
Selain jahe, saya juga menemukan tumbuhan herbal lainnya, seperti kumis kucing atau Orthosiphon aristatus yang berkhasiat untuk mengobati infeksi saluran kemih dan kencing batu. Juga, buah mengkudu atau Noni yang berkhasiat mencegah dan memperbaiki kerusakan sel dalam tubuh serta menurunkan kadar gula dalam darah.
Karena itulah, saya semakin tertarik dengan wawasan kesehatan. Hingga akhirnya, setamat SMA saya memilih Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, UIN Alauddin Makassar.
Pertemuan kedua saya dengan jahe saat ia bersama santan dan gula merah. Masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya menyebutnya sarabba. Saat saya berkunjung ke rumah teman, kebetulan saat itu sedang hujan deras, ibunya menyuguhkan kami minuman pedas manis dan hangat (Sarabba) bersama pisang goreng. Pertemuan kedua ini membuat saya jatuh cinta dengan jahe, lebih tepatnya sarabba.
Suatu hari, bapak saya sedang sakit (meriang). Ibu saya membuatkannya rebusan jahe dan memberikan kepada bapak saat masih hangat, minuman tersebut dapat mengembalikan stamina dan membuat tubuh menjadi lebih fit. Terbukti, keesokan harinya bapak saya kembali beraktivitas seperti semula.
Khasiat jahe ini pun telah dibuktikan oleh teman saya ketika ia merasa tidak enak badan (Sakit). Setelah mengkonsumsi air rebusan jahe, beberapa jam kemudian muncul reaksi, tubuhnya berkeringat dan membuat tubuhnya terasa lebih baik.
Reaksi yang sama dirasakan oleh penulis Muhidin M. Dahlan yang sejak tiba di Makassar langsung terserang flu. Setelah direkomendasikan untuk meminum segelas sarabba, hasilnya keesokan hari kondisinya mulai membaik.
Jahe memang dipercaya meningkatkan imunitas tubuh. Begitu juga yang saya dapatkan dari bangku perkuliahan. Ware pada 2017 meneliti bahwa dalam 100 gr jahe terdapat kandungan zat gizi yang berfungsi sebagai preventif dan kuratif, seperti kalori, karbohidrat, serat, protein, besi, potasium, sodium, dan vitamin C. Selain itu, jahe memiliki senyawa kimia aktif yang bersifat antiinflamasi dan antioksidan, seperti gingerol, beta karoten, curcumin, dan salisilat.
Jahe sangat mudah ditemukan di pasaran. Bahkan, penjual sayur yang kerap berkeliling setiap pagi di kompleks juga menjual tumbuhan jenis rimpang khas Indonesia ini.
Karena jahe mudah ditemukan, sarabba pun mudah diolah, baik di rumah maupun di kos tidak perlu menunggu pulang kampung. Sarabba memiliki cita rasa khas, yaitu manis dan pedas. Mengingatkan kita pada karakter orang Makassar yang selalu bersikap manis, tapi pedas jika telah berkeputusan.
Cara membuatnya cukup mudah dan sederhana, yaitu dengan menyiapkan air dalam suatu wadah kemudian campur dengan gula merah. Selanjutnya, jahe yang telah digeprek dimasukkan ke air gula merah dengan sedikit tambahan merica. Kemudian, panaskan dengan api sedang hingga mendidih. Ketika aroma jahenya telah tercium, segera angkat lalu tuangkan ke gelas dengan campuran santan di atasnya.
Meski mudah, tetapi jika Anda tidak profesional dalam membuatnya, rasa khas tersebut tidak akan terasa.
Nah, untuk menikmati sarabba dengan rasa khas yang kuat, berikut beberapa rekomendasi tempat di Gowa dan Makassar untuk menikmati sarabba sambil bersantai bersama rekan.
- Sarabba Sungai Cerekang
Seperti nama lokasinya yang berada di Jalan Sungai Cerekang, di sepanjang jalan ini kita akan menemui warung-warung yang menjajakan minuman sarabba. Di antaranya, ada yang mulai beroperasi dari sore hari, ada pula yang mulai beroperasi saat malam hari. Selain menikmati suguhan sarabba, kita juga ditemani alunan musik dari para pemusik jalanan. Kawasan ini juga kerap menjadi pilihan tempat hangout yang asik untuk semua kalangan.
- Sarabba Sucer Cabang BTP
Warga Bumi Tamalanrea Permai (BTP) dan sekitarnya sudah bisa menikmati suguhan sarabba tanpa perlu lagi jauh-jauh mengunjungi Sungai Cerekang. Warung ini buka mulai dari pukul 16.00 sore sampai 00.00 WITA dengan kisaran harga mulai dari 8 ribu rupiah. Selain menu sarabba, warung ini juga menyediakan gorengan sebagai menu pelengkap.
- Sarabba Happy
Warung sarabba yang terkenal dengan kekiniannya ini terletak di Jalan Toddopuli Raya No. 83 C, Makassar ini telah beroperasi sejak 2013. Anda bisa menikmati sarabba di sini dari sore hingga malam hari; dari Senin hingga Sabtu.
- Sarabba Murni
Kedai ini berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pai, Biringkanaya. Seperti kedai pada umumnya, sarabba disajikan dengan gorengan sebagai pelengkap. Bedanya, Sarabba Murni mulai buka dari pagi hingga tengah malam.
- Raja Sarabba
Nama Raja Sarabba sudah sangat sangat akrab di telinga masyarakat Gowa. Pasalnya, kedai yang berada di samping Kodim, tepatnya di Jl. Sultan Hasanuddin, ramai dipadati pembeli setiap harinya utamanya pada musim hujan. Menu yang ditawarkan juga bervariasi, seperti sarabba madu, sarabba susu, dan beberapa varian menu lainnya dengan kisaran harga mulai dari 10 ribu rupiah.
- Sarabba Sachet
Jika Anda malas keluar rumah, cukup ke warung terdekat membeli satu sachet sarabba. Untuk jenis ini banyak dijual di warung-warung kelontong. Cara menikmatinya sangat praktis, tinggal seduh kemudian nikmati. Tentu saja dengan rasa yang tak sama dengan beberapa lokasi sebelumnya. Beda lokasi, Bos!
Demikianlah, ketika Anda sedang flu atau merasa sedang tidak enak badan, silakan racik sarabba secara mandiri atau kunjungi beberapa rekomendasi tempat di atas. Jika ingin yang lebih simpel lagi, belilah versi bubuk di toko terdekat dan buktikan sendiri khasiatnya. Ewako!
Penulis merupakan mahasiswa Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Semester VI