Iblis di Tengah Modernisasi

Facebook
Twitter
WhatsApp
Dok Pribadi I Muhammad Aswan Syahrin

Oleh: Muhammad Aswan Syahrin

Dewasa ini, kompleksitas tantangan peradaban kontemporer begitu cepat, di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informatika yang mengagumkan, berdampak pada berbagai krisis dan kesenjangan dalam perikehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Teknologi yang canggih di bidang transportasi komunikasi dan informasi telah membuat semakin dekatnya hubungan antara satu negara dan negara lain, antara satu bangsa dengan bangsa lain, seolah-olah dekat yang bersifat geografis dan kultural telah terbuka, sehingga saling pengaruh antara satu bangsa dengan bangsa lain, demikian sangat cepat.

Berbagai informasi dan pengetahuan yang bebas mengalir sampai ke ruang-ruang privat, tanpa kearifan menyikapinya, telah mengganggu kohesi sosial masyarakat kita yang majemuk bahkan mengancang eksistensi kehidupan sebagai bangsa. Sampai hari ini, komitmen kebangsaan kita masih terus di uji oleh arus deras informasi kekerasan, kebohongan, fitnah, hoax, melalui berbagai media digital yang ada.

Kompleksitas peradaban terus menguji bangsa ini, globalisasi budaya dengan dampak negatifnya melalui intervensi budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat Indonesia khususnya umat Islam.
Perubahan dan perbaikan teknologi menjadi semakin mudah dan praktis di tengah masyarakat. Manfaat yang banyak dialami memang sangat besar dengan peningkatan penggunaan teknologi itu sendiri.

Disamping itu juga, dibalik pengaruh kesederhanaan yang memudahkan netizen di media sosial, sejumlah pengaruh buruk sebagai efek negatif dari pemanfaatan inovasi tersebut, semakin banyak berita palsu yang sering disebut dengan hoax dapat diterima masyarakat.

Berita bohong (hoax) telah berubah menjadi isu hangat bahkan cenderung meningkat panas menjelang pemilihan Capres dan pemilihan Caleg 2019 berlalu, yang sering dibicarakan oleh masyarakat strata tertentu.
Lebih parahnya, pada aksi 21 Mei 2019 berlalu, Kementrian Informasi dan Komunikasi (Kemimfo) menemukan 30 berita bohong. Hoax tersebut disebarkan melalui media sosial, seperti Facebook dan Instagram. Hoax ini disebarkan lewat 1.932 URL ada di FB, Instagram, Twitter. Di FB ada 450 URL, di Instagram ada 581, di Twitter 784, dan 1 lewat LinkedIn.

Kehadiran hoax yang sering digunakan menjadi berita bohong untuk membelokkan pendapat dan pandangan masyarakat pada fakta sebenarnya, berita palsu seringkali digunakan sebagai bahan pamungkas oleh orang yang tidak bertanggungjawab dan tidak mempedulikan dampak negatif yang dapat terjadi pada terbelahnya masyarakat.

Kesengajangan oknum dengan menyebarkan kabar bohong dengan bentuk hoaks. Bagi masyarakat umum yang tidak dapat membedakan berita yang sebenarnya, membuat masyarakat bias akibat tidak berdaya untuk memeriksa data yang benar dan sesuai dengan kenyataan.

Dengan demikian, individu perlu dibekali beberapa tip secara umum agar berita yang diterima, dapat dikenali sebagai berita yang sesuai dengan fakta atau hanya hoax untuk membingungkan. Selain itu, media massa harus kembali mengukuhkan jati dirinya sebagai poros utama informasi di tengah new media.

***Penulis merupakan Pimpinan Redaksi UKM LIMA Washilah dan Mahasiswa Ilmu Politik Semester Tujuh UIN Alauddin Makassar***

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami