Kajian UKM LIMA Hadirkan Dema-U UIN Jadi Pemateri

Facebook
Twitter
WhatsApp
Foto bersama Presiden Mahasiswa (Presma), Junaedi, setelah kajian rutin di Rumah Jabatan Washilah, Romang Polong, Gowa, Selasa (18/06/2019).

Washilah – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Informasi Mahasiswa Alauddin (LIMA) melaksanakan kajian rutin. Kegiatan ini berlangsung di Rumah Jabatan Washilah Romang Polong, Gowa, Selasa (18/06/2019).

Kali ini, Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) UIN Alauddin Makassar Junaedi menjadi pemateri. “Dinamika kampus” sebagai tema dalam kajian ini.

Junaedi mengawali kajiannya mengatakan, mahasiswa merupakan agen perubahan, pengontrol kebijakan pemerintah, penyambung lidah rakyat.

“Masih banyak tugas sosial lainnya yang diemban mahasiswa. Namun bagaimana kita bisa mengawal kebijakan pemerintah sedangkan di dalam kampus kita sendiri masih di penjara oleh aturan otoritas kekuasaan,” jelas mahasiswa asal takalar tersebut.

Lanjut dalam pemaparannya, Junaedi mengingatkan begitu banyak persoalan yang dihadapi mahasiswa. Misal, mahalnya Uang Kuliah Tunggal-Biaya Kuliah Tunggal (UKT-BKT), skorsing yang gampang saja dilayangkan kepada mahasiswa, fasilitas kampus belum memadai, dan standar operasional dosen tidak transparan.

“Mahasiswa harus pandai menganalisis dan menimbang menggunakan metode Rasional, Analisis, Kritis, Universal dan Sistematis (Rakus) dalam mengawal berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak kampus. Juga hal yang paling disayangkan adalah tidak dilibatkannya mahasiswa dalam pengambilan keputusan,” ujarnya.

Disamping itu, Junaedi menilai bahwa pihak kampus bersikap otoriter dalam menjalankan kebijakan, salah satunya yaitu tidak adanya transparansi atau publikasi atas standar operasional prosedural dosen dalam melakukan transformasi ilmu pengetahuan dengan mahasiswa. Kampus hanya bisa memperketat aturan kepada mahasiswa namun tidak memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mengawas dan mengkritik dosennya dalam proses belajar mengajar.

Junaedi berpesan, mahasiswa harus betul-betul mengawal jalannya proses pendidikan di kampus peradaban sehingga tercipta pendidikan yang baik dan melahirkan manusia-manusia berkualitas untuk bangsa dan agama kedepannya.

“Menjadi seorang mahasiswa tidak hanya datang di kampus duduk mendengarkan dosen berbicara, lalu pulang tanpa apa-apa. Tapi bagaimana kita mencoba mengkritisi kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai. Terus berkontribusi dan jangan lengah ditengah birokras,” pungkasnya.

Penulis: Lismardiana (Magang)
Editor : Suhairah Rasyid

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami