Mahasiswa vs Mesin Tik

Facebook
Twitter
WhatsApp
Washilah Online – Musim praktikum telah tiba. Terlihat dari banyak mahasiswa yang lebih berorientasi di laboratorium praktikum ketimbang kelas perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Saat musim-musim praktikum berlangsung kegiatan praktikum jadi proritas utama mahasiswa. Nilai praktikum yang mengambil perhatian dosen lebih banyak ketimbang proses perkuliahan membuat mahasiswa kerja ekstra untuk hasil yang baik. Namun usaha mahasiswa yang menyita banyak perhatian adalah pembuatan laporan hasil praktikum yang menggunakan Mesin Ketik manual khususnya mahasiswa Sain dan Kesehatan.

Pembuatan laporan hasil praktikum menggunakan Mesin Ketik jadi problema bagi sebagian mahasiswa pasalnya mesinketik dianggap sudah tak pantas digunakan lagi saat sekarang ini.

Dunia saat ini terus berkembang dengan penemuan teknologi yang dapat memudahkan kegiatan manusia contohnya komputer. Mahasiswa berharap kebijakan mesin ketik bisa di gantikan dengan komputer yang di anggap lebih efektif diguanakan dalam pembuatan laporan.

Salah satu mahasiswa kesehatan yang tak ingin disebutkan namanya berpendapat “penggunaan mesin ketik adalah bentuk lambatnya kemajuan ilmu pengetahun di kampus kita, kenapa harus menggunakan mesin tik manual kalau ada yang lebih efektif ketimbang mesin tik yang banyak ambil tenaga dan dampaknya Cuma sedikin bagi mahasiswa” ujarnya.

Mahasiswa yang kontra dengan kebijakan jurusan dan laboran banyak mengeluhkan bahwa mesin ketik banyak menyita waktu dan tenaga, karena proses penggunaanya yang di anggap ribet. Tujuan yang sebenarnya yaitu agar mahasiswa dapat memahami dengan cara membaca saat pengetikan berlangsung sesuai yang di paparkan para dosen dan laboran sulit tercapai karena Mahasiswa menganggap proses praktikum dan perkuliahan yang dilakukan bersamaan dengan pembuatan laporan membuat pikiran mahasiswa ekstra bekerja keras, sehingga tujuan masuknya materi atau teori praktikum tak mudah tercapai oleh mahasiswa.

Kesehatan yang sering terganggu, kurang tidur, istirahat yang sedikit, melakukan perkuliahan di pagi hari dan malamnya buat laporan jadi konsekuensi mahasiswa saat praktikum apalagi mesin ketik tidak sedikit memakan waktu dalam penggunaanya.

Semua keluhan mahasiswa mengenai mesin ketik tak semata-mata tak sampai di telinga para dosen dan laboran. Para laboran yang bertugas sepenuhnya dalam proses praktikum mahasiswa menganggap bahwa keluhan mahasiswa sekarang wajar, namun mesin ketik sebagai keluhan mereka bukanlah alasan yang semestinya dilontarkan mahasiswa karena messin ketik lebih bisa dipercaya dalam pembuatan laporan mahasiswa.

Banyak mahasiswa saat menggunakan komputer dalam pembuatan laporan mereka menjadikan kesempatan tersebut untuk mengkopi paste tugas temannya sehingga mereka tidak perlu susah payah lagi.

Tidak semuanya laboran dan dosen yang sependapat dengan kebanyakan dosen dan laboran mengenai mesin ketik. Salah satu dosen Sains yang mengajar di UIN berpendapat “mesin ketik bukanlah persyaratan utama dalam pembuatan laporan mahasiswa karena dianggap mesin ketik hanyalah sebagai teknis sedangkan yang ingin dicapai pada pembuatan laporan adalah bagaimana mahasiswa dapat mengetahui praktek itu sendiri “ujarnya pada saat dimintai pendapat.

Persoalan mengenai penggunaan mesin ketik memang masih jadi persoalan. Disamping keluhan mahasiswa yang menolak kebijakan tersebut dan laboran serta dosen yang bersih keras mempertahankan mesin ketik agar tetap dijadikan persyaratan dalam pembuatan laporan. “saya berharap mahasiswa dan laboran bisa saling kerja sama untuk tujuan yang sesungguhnya yaitu menjadikan generasi yang lebih baik dan disiplin dari sebelumnya tanpa mempersoalkan masalah teknis semata” ujar salah satu alumni UIN.

Laporan | Mita

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami