Oleh: Fikri Mauluddin
92 tahun yang lalu bertepatan dengan hari lahirnya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1982. Pada saat itu merupakan momentum titik balik perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Momen hari ini banyak pemuda yang menyuarakan semangatnya berupa lewat tulisan maupun dengan ruang diskusi , namun jika kita melihat bagaimana pemuda-pemuda sebelumnya di masa indonesia belum merdeka mereka memaknai setiap perjuangan atau usaha ini dalam satu tujuan yaitu kemerdekaan indonesia yang dimana pada saat itu pemuda-pemuda belum bersatu dan belum mengetahui siapa musuh mereka.
Hingga pada saat organisasi pemuda itu terbentuk di tahun 1908 yang bernama perhimpunan Indonesia, dalam masa enam tahun ini berjalan tumbuh berbagai kesadaran di kalangan pemuda bahwa musuh yang mereka hadapi itu adalah belanda. Dari kesadaran itulah muncul lah kongres Indonesia muda yang pertama, akan tetapi kesadaran dalam membuat sumpah pemuda itu belum muncul.
Sumpah pemuda baru lahir pada dua tahun kemudian pada 1928. Moh Yamin sebagai penggagas sumpah pemuda ini, beliau menerbitkan sebuah kumpulan sajak yang berjudul Indonesia, Tumpah Darahku. Itu menunjukkan perubahan kesadaran para pemuda kala itu. Dan peran pemuda-pemuda kala itu sangat lah berjasa dalam menyusun kemerdekaan bangsa indonesia apalagi Moh. Yamin yang merumuskan deklarasi itu.
Lantas bagaimana peran pemuda-pemuda di zaman sekarang ini setelah merdeka, apa yang harus mereka perjungkan jika bangsa indonesia ini telah merdeka?
Peran pemuda zaman sekarang ini masih lah sangat berperan, mengapa saya bilang seperti itu karena saya masih melihat jiwa semangat sumpah pemuda yang masih berkobar di dalam diri setiap pemuda seperti yang kita lihat akhir-akhir ini pemuda-pemuda turun ke jalan menyerukan hak-hak masyarakat yang tertindas oleh aturan yang dikeluarkan pemerintah yaitu Omnibus Law.
Undang-Undang Cipta Kerja merupakan bagian yang meresahkan masyarakat lebih terkhusus di klaster ketenagakerjaan yang dinilai memiiki banyak pasal kontroversi yang mengatur soal upah minimum, waktu kerja hingga hak upah cuti yang hilang, terlebih lagi masyarakat kita ini banyak yang berprofesi menjadi buruh. Keresahan-keresahan masyarakat ini perlu di kawal oleh pemuda-pemuda agar hak suaranya dapat di dengar oleh pihak pemerintahan.
Walaupun yang kita ketahui keadaan diluar sana tidaklah cukup kondusif jika berkumpul dan melakukan demonstrasi namun tak menyurutkan semangat juang para pemuda ini. Ada juga pemuda-pemuda yang tak bisa turun langsung ke jalan menyuarakan pendapatnya dengaan membuat karya-karya berupa cerpen, puisi ataupun karya yang bersifat digital. Kreasi-kreasi ini merupakan usaha pemuda di era sekarang ini agar tetap bisa menyuarakan hak-hak masyarakat dan disalurkan lewat media-media online. Ini juga merupakan pemanfaatan teknologi yang efektif dalam era yang serba digital ini.
Disini saya memang lebih terfokus kepada perjuangan atau hak-hak dari msayarakat karena akhir-akhir ini masyarakat banyak mengalami kesusahan selama masa pandemi ini seperti bagian ekonomi dan juga kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat. Karena pada hakekatnya pemuda-pemuda ini adalah penyambung lidah dari masyarakat ke pemerintah.
Sayangnya ada juga pemuda-pemuda yang sifatnya apatis dalam melihat kondisi masyarakat disekitarnya mereka cenderung mengikuti budaya-budaya luar yang mereka sukai ketimbang melihat kondisi negeri ini. Saya berharap dari momentum peringatan hari sumpah pemuda ini pemuda-pemuda seperti itu cepat sadar dalam meihat bangsa ini jika ingin melihat lebih maju, karena kita pemuda merupakan penerus bangsa Indonesia ini.
*Penulis Merupakan Mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik (FUFP).Â