Washilah — Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen Dakwah (MD) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar resmi buka Sekolah Dakwah Inklusif Volume II dengan tema “Dakwah Inklusif: Paradigma Alternatif dalam Penguatan Moderasi Beragama” di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Kamis, (13/11/2025).
Kegiatan ini diisi dengan pembukaan resmi dan diskusi interaktif yang menghadirkan pemateri dari Ketua Tim Bina Lembaga dan Kerukunan Umat Beragama Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, H Mallingkai Ilyas serta Guru Besar FDK, Prof Nurhidayat Muhammad Said.
Ketua jurusan Manajemen Dakwah, Dra Audah Mannan mengatakan keberagaman suku dan agama di Indonesia merupakan anugerah yang harus dijaga agar tidak menimbulkan perpecahan, baik di masyarakat maupun di lingkungan kampus.
“Kita sebagai bangsa yang majemuk harus mampu menjaga perbedaan itu agar tidak menjadi sumber perpecahan, tetapi menjadi jalan untuk memperkuat persatuan,” jelasnya
Menurutnya, mahasiswa perlu memahami bahwa perbedaan pandangan atau organisasi bukan alasan untuk terpecah, melainkan peluang memperkuat persaudaraan.
“Kita sebagai bangsa Indonesia harus mampu memaknai perbedaan dengan benar agar tidak menimbulkan perpecahan,” ujarnya.
Ia berharap mahasiswa mampu mengambil nilai positif dari beragam tradisi yang ada di masyarakat, sehingga Islam dapat menjadi payung yang menaungi seluruh perbedaan tersebut.
Sementara itu, Ketua Panitia, Zulfadli Rahman menuturkan kegiatan ini hadir sebagai respons terhadap dinamika sosial dan keagamaan di Indonesia yang semakin kompleks. Ia menilai, keberagaman agama, budaya, dan suku seharusnya menjadi kekayaan bangsa, bukan sumber perpecahan.
“Kita sebagai bangsa Indonesia harus mampu memaknai perbedaan itu dengan benar, agar tidak menimbulkan perpecahan dalam kehidupan,” ujarnya.
Lanjutnya, tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana mahasiswa dan masyarakat mampu memahami moderasi beragama tidak hanya sebagai teori, tetapi juga sebagai sikap hidup yang diterapkan dalam keseharian.
“Saya berharap peserta mampu memahami moderasi beragama bukan hanya sebagai konsep, tapi juga sebagai pola pikir dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Penulis: Risaldi Anggara (Magang)
Editor: Hardiyanti











