Perlunya Aktualisasi Sejarah Kejayaan Islam Klasik pada Masa Kini

Facebook
Twitter
WhatsApp
Pemaparan materi oleh Dr Nurul Hak pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Program Studi (Prodi) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar bekerja sama dengan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di LT FAH UIN Alauddin Makassar, Kamis (17/11/2022). | Foto : Washilah-Rahmat Rizki

Washilah – Sejarah sebagai peristiwa atau kejadian hanya terjadi sekali, sehingga tidak dapat diaktualkan. Namun, makna yang merupakan pokok kajiannya dapat diaktualisasikan. Olehnya itu, diperlukan aktualisasi sejarah Islam klasik dalam konteks kekinian.

Hal itu disampaikan Dosen Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr Nurul Hak pada Seminar Nasional yang diadakan oleh Program Studi (Prodi) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) SKI Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar bekerja sama dengan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di Lecture Theatre FAH, Kamis (17/11/2022) lalu. 

Pada dialog yang mengusung tema “Aktualisasi Sejarah Islam Klasik” ini, Dr Nurul Hak mengatakan bahwa peristiwa sejarah itu tidak mungkin terulang, namun penerapan sejarah Islam klasik dalam konteks kekinian perlu dilakukan.

“Peristiwa itu terjadi sekali, misalnya Nabi Hijrah dari Makkah ke Madinah, itu tidak akan terulang kembali. Tapi makna hijrah itu bisa dikontekstualisasikan dan diaktualisasikan pada masa kini,” jelasnya.

Ia memandang bahwa aktualisasi dalam pemaknaanya adalah untuk mengembalikan masa kegemilangan, progresifitas, perkembangan, dan kemajuan dalam periode Islam klasik yang berjaya selama enam abad.

“Jadi bukan romantisme sejarah, romantisme sejarah itu harus ‘plek’ seperti mengulang kembali hijrahnya nabi, ya ndak bisa,” pungkasnya.

Dr Nurul Hak juga mengatakan kalau kemajuan Islam periode klasik disebabkan oleh tiga kekuatan. Di antaranya agama, ilmu pengetahuan, dan politik. Ia menyebut penyebaran Islam saat itu sangat progresif sehingga disebut sebagai masa kejayaan Islam.

“Yang paling spesial itu adalah kekuatan Al-Qur’an dan Hadist,” ujarnya.

Salah satu peserta, Evi Erviana mengatakan, aktualisasi mesti diimplementasikan dengan benar agar dapat mencapai tujuan yang diimpikan. Ia menilai, tidak ada yang salah dari ketiga kekuatan yang memajukan Islam di periode klasik, namun ada faktor lain sehingga kejayaan Islam perlahan runtuh dan melemah.

“Bukan kekuatan politik, Agama, atau Ilmu pengetahuannya yang salah, melainkan oknumnya yang tidak kompeten,” ucap Mahasiswi asal Jeneponto itu.

Penulis : Rahmat Rizki (Magang)

Editor : Jushuatul Amriadi

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami