Banjir Makassar Perlu Kerja Sama Pemerintah dan Masyarakat

Facebook
Twitter
WhatsApp
Ilustrasi : Freepik

Oleh : Nabila Rayhan

Banjir merupakan salah satu fenomena atau bencana alam yang kerap kali melanda sebagian dari seluruh wilayah di Indonesia. Banjir mengakibatkan suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang relatif besar.

Banjir juga merupakan bencana yang dapat diprediksi dan diantisipasi dengan memperhatikan curah hujan dan aliran air. Namun, kadangkala banjir datang secara tiba-tiba disebabkan berbagai macam faktor.

Begitu pula di wilayah Kota Makassar. Sejak pertengahan November 2022, terdapat sejumlah daerah yang terendam banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi.

Berdasarkan data yang dibagikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) wilayah IV Makassar menyebutkan bahwa puncak musim hujan dengan intensitas hujan naik secara drastis pada Januari 2023 mendatang.

Namun demikian, tidak dapat kita menampik pasalnya telah terjadi genangan air dan banjir yang melanda beberapa daerah di ibukota provinsi. Oleh karena itu, jauh-jauh hari BMKG telah mengimbau dengan menetapkan status siaga bagi daerah Makassar.

Beberapa orang mungkin kesal dengan bencana alam yang satu ini karena turut menghambat aktivitas masyarakat. Kendati demikian, pemerintah tetap mengambil peran dalam penanganan banjir di wilayahnya dengan turun langsung menyikapi ancaman banjir ini.

Pada akhirnya, bentuk andil pemerintah dengan segala macam kebijakan yang dicanangkan seperti mitigasi guna mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana membutuhkan dukungan dan partisipasi dari masyarakat. Dalam hal ini pula dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat. Keduanya dituntut agar saling bahu membahu dalam upaya penanggulangan masalah banjir karena, berpotensi tidak hanya pada kerusakan bangunan dengan jumlah kerugian besar tapi juga hingga hilangnya nyawa seseorang.

Menilik dari sejumlah faktor yang mendorong terjadinya banjir seperti kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hingga membuang sampah tidak pada tempatnya mengakibatkan tumpukan sampah melipah ruah di mana-mana dan menjadi cikal bakal terjadinya banjir. Oleh karena itu, masyarakat dalam hal ini perlu diberi pemahaman bahwa banjir tidak hanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi saja tapi juga diakibatkan oleh perilaku, ulah, dan tangan-tangan nakal manusia. 

Berdasarkan data dalam Jurnal Geografi mengenai kesiapsiagaan masyarakat dalam penanganan banjir menyebutkan bahwa masyarakat khususnya masyarakat lokal tidak memiliki pengetahuan dalam memprediksi kapan banjir terjadi. Maka dari itu, pengetahuan masyarakat perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan edukasi. Sebagaimana yang pernah diutarakan oleh Dimyanti dan Mudjiono dalam bukunya berjudul “Belajar dan Pembelajaran” bahwa masyarakat yang berpendidikan akan memiliki pengetahuan yang berpengaruh pada perubahan perilaku.

Pada dasarnya, perubahan perilaku akan terbentuk melalui pendidikan. Pendidikan merupakan hal dasar yang harus dimiliki setiap insan. Hal ini sejalan dengan problem dalam lingkup kehidupan masyarakat tentu titik temunya adalah pendidikan. Di sinilah letak urgensi pendidikan bagi masyarakat pada khususnya. 

Dengan pendidikan yang diimbangi dengan sosialisasi dan edukasi pentingnya pemahaman terkait kebersihan lingkungan dan bencana alam oleh pemerintah tentu dapat meminimalisir terjadinya banjir yang menjadi keresahan dan problematika besar dalam hidup masyarakat.

Terakhir, begitu pula pemerintah dalam hal ini sebagai penanggung jawab harus peka dan pandai dalam melihat situasi dan kondisi dalam hal penanganan tata kota, pembuatan irigasi dan lain sebagainya. Karena, sejatinya banjir tidak dapat dicegah tetapi dapat dikontrol dan dikurangi dampak maupun kerugian yang ditimbulkan.

*Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar

 

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami