Kepemimpinan Dalam Jiwa Pemimpin

Facebook
Twitter
WhatsApp

Oleh: Fija Turrahman

Kepemimpinan adalah suatu sifat yang berani dan bisa mengambil suatu keputusan yang bisa dipertanggungjawabkan sesuai dengan moral dan logikanya. Baik adalah dari ukuran moral bagi pemimpin pemerintah sedangkan kebenaran adalah ukuran logika kepemerintahan, mereka yang mengandalkan logika tanpa moral cenderung tirani dalam kekuasaannya. Sedangkan mereka yang mengendalikan moral tanpa logika akan membiarkan masyarakat bertindak anarkis.

Seharusnya setiap pemimpin mulai menyadari bahwa masa kepemimpinannya memiliki tenggang
waktu yang terbatas. Sangat diperlukan regenerasi, dengan mempersiapkan penggantinya yang nantinya siap menjadi penerus kepemimpinan bangsa ini. Maka dari itu, pemimpin yang bijaksana adalah mereka yang mempersiapkan pengganti dirinya.

Oleh karena itu saya mencoba deskripsi tentang kepemimpinan di Indonesia, lazimnya dalam jangka lima tahun satu kali, rakyat Indonesia selalu disibukkan dengan pemilihan pemimpin (Pemilu). Mulai dari pemilihan anggota legislatif (DPR, DPD, dan DPRD) higga Pemilu eksekutif, baik pemilihan presiden (Pilpres) hingga kepada daerah (Pemilukada).

Dikarenakan Negara Kesatuan Republik Indonseia (NKRI) adalah salah satu negara yang sistem kepemimpinannya mengacu pada sistem demokrasi, dalam arti negara yang lebih mengedepankan persamaan hak dan kewajiban agar semua rakyatnya turut andil dalam memerintah dan mengurus tatanan kenegaraan dengan perantara wakilnya (Pemimpin).

Untuk itu, sebelum pemilihan tiba kampanye pun dijadikan senjata dan cara paling efektif untuk merekrut sebanyak-banyaknya suara atau massa. Sehingga kadang-kadang mereka memperlihatkan diri lebih nasionalis dan agamis yang lebih layak untuk menjadi wakil rakyat dari pada kandidat-kandidat yang lain, ayat dan hadis pun terkadang dijadikan sakralisasi untuk Rekrutmen pendukung.

Terkait kepemimpinan, dan pada akhirnya rakyat akan di kutuk dengan suatu sistem yang tidak selaras dengan kehidupan bersosial dan bernegara, suatu ketika rakyat berdiri didepan kantor para elit-elit politik maka disitu juga rakyat akan ditindas dengan kerakusan para cukong-cukong politik.

Rakyat yang mengungkapkan suara-suara kebenaran akan di bungkus dengan secara paksa. Maka dari itu perlunya ada mahasiswa yang sadar akan fungsi dan perannya sebagai mahasiswa, karena generasi merupakan representatif daripada nabi-nabi, representatif daripada uluma-ulama, representatif dari pada rakyat yang sudah memperjuangkan suara-suara kebenaran.

*Penulis Merupakan Mahasiswa Jurusan Hukum Tatatanegara Fakultas Syariah dan Hukum (FSH).

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami