Oleh | Mutmainnah Syam/MAg

Mahasiswa di Indonesia memiliki momentum yang berperan penting dalam mengubah sejarah kebangsaan dan perjalanan demokrasi. Perhatian serta kesadaran mahasiswa terhadap kondisi sosial yang telah ia buktikan mulai dari awal abad ke dua puluh menjadikan mahasiswa sebagai penggerak utama dalam banyak dimensi perubahan sosial politik di tanah air.
Aktivitas mahasiswa yang merambah wilayah yang lebih luas dari sekedar belajar di perguruan tinggi inilah membuat mahasiswa digelari sebagai agen of change (membawa perubahan), agen of control (mengontrol kebijakan pemerintah yang tidak pro dengan rakyat), dan moral of course (dapat diteladani), karena saat itu Mahasiswa memang mengarahkan pikiran dan tenaganya untuk mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap dapat menjerat leher masyarakat kelas bawah dan menengah, terbukti pada Mahasiswa angkatan 66 misalnya, berhasil menentang komunis yang mengendarai PKI, mengawal Tiga Tuntutan Rakyat (TRITURA), menghapuskan NKK/BKK pada tahun 1990, sebuah aturan yang mencekal kebebasan Mahasiswa, peristiwa Trisakti yang menelan korban jiwa dari mahasiswa serta peristiwa berdarah lainnya yang dengan gagah berani mahasiswa korbankan demi perubahan Indonesia dan demi kaum lemah yang tertindas, lalu bagaimana potret Mahasiswa masa kini? apakah kepercayaan masyarakat terhadap mahasiswa era awal abad dua puluhan sama dengan kepercayaan masyarakat terhadap mahasiswa masa kini? apakah sebuah langkah yang benar dan misi membela rakyat lemah tidak salah langkah jika harus sering-sering demo menutup jalan dan merusak fasilitas, iming-iming turun kejalan memperjuangkan rakyat lemah malah menindas rakyat lemah sendiri, bayangkan.
kerugian pendapatan supir pete-pete jika jalan macet, masyarakat menjadi tidak tenang, fasilitas dirusaki, kepentingan masyarakat yang terjebak macet tertunda, belum lagi bentrok antar mahasiswa menambah deretan kasus yang berhasil mencemari nama baik mahasiswa dan membuat kepercayaan masyarakat kepadanya berkurang, begitu halnya dengan Mahasiswa Uin Alauddin Makassar sendiri, yang rajin berbondong-bondong turun demo mengangkat isu Nasional seperti BBM, dan isu internasional seperti WTO, tapi persoalan internal kampus sendiri tidak beres-beres, ada mahasiswa yang memilki kesadaran megic, yaitu acuh dan tidak mau tau persoalan yang ada dikampus, dan sebagian besar mahasiswa Uin yang memiliki kesadaran Naif, yaitu ia sadar akan ketidak puasaan terhadap pelayanan kampus, tapi ia enggan untuk menindak lanjuti, kemudian terhadap mahasiswa yang memilki kesadaran kritis yang menindak lanjuti ketidak puasaannya terhadap pelayanan kampus uin hanya segelentir saja, termasuk teman-teman mahasiswa yang bersedia menorehkan keluhnya melalui tulisan dan mengkritik pihak birokrasi, bermacam tipe mahasiswa berkeliaran di Uin, mulai dari mahasiswa tipe apatis yang tidak mau ambil pusing persoalan kampus, hedonis yang datang kekampus hanya untuk memenuhi kewajiban isi absen, berpenampilan berlebihan sampai kadang-kadang susah dibedakan ia mahasiswa atau dosen, pulang kuliah karaokean, nonton, dan berkelana dari mall ke mall, mahasiswa seperti ini biasanya sudah bisa ditebak, otaknya dongkol, mahasiswa opurtunis yang cenderung membawa politik praktis dalam dunia kampus, sehingga caleg-caleg ia hafal mati, tapi pengertian mahasiswa saja ia cari di google, selanjutnya mahasiswa akademisi yang super duper rajin kekampus, segala tugas tidak pernah alfa ia kerjakan, jika dosen berkata A ia tafsirkan A sebagai kebenaran mutlak, nilai dikejarnya mati-matian tapi ia acuh terhadap penindasan yang hidup dikampus, terakhir adalah mahasiswa yang senang terjun kedalam organisasi, baik intra seperti HMJ, BEM, dan UKM yang ada di kampus, maupun ekstra seperti PMII, HMI, IMM, dan KAMMI, serta organisasi-organisasi lainnya, biasanya mahasiswa yang terjun kedalam organisasi memiliki kesadaran kritis sehingga sudah bukan rahasia lagi yang sering demo dikampus menuntut hak-hak kita yang belum terpenuhi adalah mahasiswa tipe organisatoris, sayangnya baik mahasiswa yang terikat dalam organisasi intra maupun ekstra sama-sama dinina bobokkan dan tidak pernah berhasil untuk menghalau sang penindas yang duduk dikursi birokrasi, sebut saja contohnya, Cafetaria yang kita sepakati menjerat pemilik kantin tak mampu dihentikan, masih banyak diantara mahasiswa yang belum memiliki KTM, pencurian motor, helm, laptop marak terjadi dilingkungan kampus, dosen alfa masuk mengajar sesuka hati, kondisi.
WC fakultas yang sangat memprihatinkan, kursi yang tidak memiliki meja sehingga membuat kita terpaksa menulis dipaha, semua itu merebut kenyamanan belajar dan melanggar hak-hak kita yang sudah memenuhi kewajiban membayar spp. Tapi apakah mahasiswa sadar akan hal itu? Jika ia,langkah apa yang telah tempuh untuk melawan ketidak beresan pelayanan yang ada dikampus,dari analisa penulis, saat ini mahasiswa benar-benar hilang kepercayaan dirinya dalam menelaah hal-hal kecil seperti demikian, HMJ, serta BEM sibuk melakukan seminar, dialog, dan bedah film, kegiatan yang itu- itu saja, sehingga pembeda antara HMJ dan BEM tidak ada, keduanya memiliki kegiatan yang sama, kalau sudah demikian kenapa HMJ dan BEM harus dipisahkan? Maksud bahasa penulis adalah, HMJ dan BEM janganlah hanya stagnan diacara-acara seperti itu saja, yang paling penting adalah mengintip segala keluh yang ada ditataran jurusan yang menjadi tanggung jawab HMJ serta tataran fakultas yang menjadi tanggung jawab BEM seperti kasus KTM teman-teman yang belum ada sampai sekarang,mengadvokasi teman-teman adalah tugas dari HMJ dan BEM, HMJ dan BEM harusnya merasa bersalah jika masih ada teman yang dihimpunnya tidak memiliki KTM, seperti yang telah penulis ungkapkan diatas bahwa mahsiswa UIN ia terlalu fokus menuntut isu nasional dan internasional akan tetapi persoalan rumah tangganya sendiri di internal kampus tak mampu ia tangani. Ia terlalu semngat berjuang diluar sementara uang orang tuanya sendiri didalam kampus tidak mampu ia selamatkan, Jika mahasiswa terus-terusan seperti ini maka kedepan kita akan jadi kerbau-kerbau dari dosen, dan pihak birokrasi akan menjadikan uang orang tua kita sebagai lumbung kekayaan mereka.
Sumber Gambar: http://www.komobox.com/15-jenis-mahasiswa/