Ruang Kuliah Kurang, Museum dijadikan Tempat Kuliah.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Laporan | Hardillah 
Washilah Omline–Berdasarkan defenisi awal yang diberikan International Council of Museums (ICOM), seperti dikutip pada wikipedia, Museum dijelaskan sebagai institusi permanen, melayani kebutuhan publik, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata untuk kebutuhan studi, oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan.
Namun, hal berbeda terlihat di Fakultas Adab dan Humaniora, Museum justru dijadikan sebagai tempat belajar mengajar layaknya ruang kelas pada umumnya. Hal ini sudah terjadi sejak beberapa waktu yang lalu sejak tahun akademik 2013/2014 dimulai. 
Bahkan tak jarang tempat penyimpanan benda-benda bersejarah tersebut malah dijadikan tempat nongkrong oleh beberapa mahasiswa. Fungsi dasarnya sebagai museum telah hilang. Drs. Nasruddin, penanggung jawab tempat tersebut mengatakan kalau hal ini terpaksa dilakukan karena jumlah mahasiswa tidak sebanding dengan jumlah ruang kelas yang ada. 
“berbagai upaya telah kami lakukan agar hal ini tidak terjadi bahkan kami telah mengajukan proposal ke rektorat prihal masalah ruangan, namun belum ada respon sampai sekarang” Kata pria yang akrab disapa `pak Nas` itu. 
“tidak hanya dijadikan kelas, tempat ini bahkan beberapa kali dijadikan sebagai venue pertandingan Tennis meja. Ini karena tidak adanya tempat lain untuk mengadakan pertandingan tersebut”. Lanjutnya. 
Karena sering difungsikan layaknya ruang kelas, kondisinya pun sudah tidak seperti museum pada umumnya. Kadang-kadang terdapat beberapa carik kertas berserakan, kursi yang agak berantakan dan lemari tempat barang-barang bersejarah yang kadang-kadang ditinggalkan dengan kondisi terbuka.
Cita-cita menjadikan UIN Alauddin sebagai world campus university juga dianggap hanya sebuah testimoni saja. Salah satunya  Dr Ahkam Jayadi. Praktisi hukum ini melihat saat ditemui dikediamannya beberapa waktu yang lalu, kalau Fasilitas yang dimiliki UIN Alauddin masih sangat minim untuk dikatakan kampus dunia 
“kalau saya mau mengajar, tidak ada LCD, Panas, ruang kuliah juga kurang, bagaimana bisa dikatakan World Class University” kata dia. 

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami