Pembekalan KKN Terintegrasi PPL, Ketua LP2M: Pertama Kali di FSH Se-PTKIN

Facebook
Twitter
WhatsApp
Pemaparan materi oleh Sekretaris LP2M, Prof Marjuni pada pembekalan KKN terintegrasi PPL di LT FSH, Kamis (26/9/2024). | Foto: Istimewa

Washilah – Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin Makassar mengadakan pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) terintegrasi Praktek Pengenalan Lapangan (PPL) pertama di FSH se-PTKIN di seluruh Indonesia, yang berlangsung di Lecture Theatre (LT) FSH, Kamis (26/9/2024).

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Alauddin, Dr Rosmini Amin mengatakan bahwa, KKN yang terintegrasi PPL sudah pernah dilakukan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) sebelumnya dan untuk FSH merupakan yang pertama se-PTKIN.

“Ini adalah kegiatan KKN terintegrasi PPL kedua, setelah tarbiyah. Jadi jika ada keterbatasan yang berjalan, kita akan benahi bersama apa yang kurang dan terbatas dari semestinya kita lakukan,” tuturnya.

Ia melanjutkan bahwa, KKN terintegrasi PPL ini merupakan implementasi dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) tapi belum dilaksanakan secara sempurna, dan untuk sementara, yang diintegrasikan adalah waktunya saja.

“Kalian PPL sekalian KKN, dan perjalanan PPL dalam sehari itu tujuh jam, setelah itu istirahat sebentar, lanjut lagi menjalankan kegiatan KKN selama empat jam, dari sore sampai isya selama 45 hari,” jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris LP2M Prof Marjuni, menjelaskan bahwa ada beberapa fitur KKN yang dirumuskan, setelah dibuatkan pedoman dan jobdesknya, kemudian dipaparkan ke senat dan disahkan oleh Rektor.

“Seperti KKN terintegrasi dan KKN kolaborasi, jadi bukan hanya KKN reguler saja yang senantiasa dilakukan dari tahun ke tahun, tapi mahasiswa sudah bisa memilih jenis KKN sendiri,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pentingnya penguatan moderasi beragama dikalangan mahasiswa, dan kompetisi yang ingin kita capai dalam KKN kali ini, yaitu menyadari kekeliruan berpikir dan asumsi secara subjektif atas keragaman dan perbedaan.

“Bagaimana kita bisa berfikir secara elastis, dalam bahasa agama itu berfikir secara moderal, tidak terlalu ke kiri dan tidak terlalu ke kanan. Tapi dia selalu berada di posisi tengah,” ucapnya.

Penulis : Wahyu Arabbi (Magang)
Editor: Sriwahyuni

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami