Washilah – Sejumlah fasilitas di Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar tak layak pakai. Wakil dekan II, Irvan Muliadi mengatakan anggaran tidak cukup untuk perbaikan keseluruhan.
Salah satu mahasiswa, Kadri (Bukan nama sebenarnya) mengeluh tentang fasilitas yang usang di fakultasnya.
Beberapa fasilitas yang menurutnya sudah tidak layak pakai seperti water closet (WC) yang sudah ditutup karena rusak, kursi yang masih ada dari tahun 2008, serta pembaruan buku di perpustakaan yang sudah lapuk dan ketinggalan zaman.
“Kalau berangkat dari pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) itu sendiri, pembayaran UKT ini disalurkan dananya ke fasilitas, tapi sampai sekarang belum terlihat hasil dari pembayaran tersebut,” katanya, Jum’at (12/7/2024).
Menurut Kadri, uang pembayaran UKT harusnya digunakan untuk menunjang fasilitas yang nyaman dan layak dalam mendukung proses pembelajaran mahasiswa. Bentuk kritik mahasiswa lain berupa coretan di WC yang sudah tidak layak pakai adalah hasil keresahan atas minimnya perhatian terhadap fasilitas.
Ia juga merasa tidak sepadan, lantaran UKT yang dibayarkan tidak sepadan dengan fasilitas yang didapatkan.
“Salah satu penurunan yang cukup signifikan yang mirisnya sudah berakreditasi unggul begitu,” ungkapnya.
Kadri berharap agar fasilitas secepatnya dibenahi sehingga mahasiswa merasa nyaman dan dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di fakultas.
Juga persoalan fasilitas di perpustakaan termasuk buku yang sudah lapuk dan sudah ketinggalan zaman segera ada pembaruan. Sebab kata dia, mahasiswa yang butuh referensi buku pastinya akan mencari di perpustakaan, namun lagi-lagi buku yang tersedia sudah lapuk dan tidak ada pembaruan.
Menanggapi hal itu, Wakil Dekan II FAH, Irvan Muliadi mengatakan sejak dilantik di bulan pertama, dirinya sudah diamanahkan oleh dekan untuk mendata semua fasilitas. Hasilnya, 40% kondisi kursi yang sudah tidak layak pakai, padahal sudah dianggarkan sejak tahun lalu.
“Begitu keluar anggaran dari pusat langsung hilang. Jadi apa yang mau dipakai kalau sudah hilang. Kalau tidak ada anggarannya kita juga tidak bisa bergerak,” keluhnya kepada Washilah, Selasa (16/7/2024).
Lebih lanjut, perbaikan yang sudah dilakukan tahun ini hanya pengecatan ruang kelas dan perbaikan pintu WC yang ada di lantai satu. Hal ini dikarenakan anggaran yang tidak mencukupi.
Walau begitu, ia turut menjanjikan adanya perbaikan pada kursi dan fasilitas lainnya. Rencana mengenai pendingin ruangan sudah direncanakan di tahun ini namun akan diprioritaskan terlebih dahulu di ruangan staf yang masih panas. Kemudian di tahun depan memprioritaskan semua ruangan kelas yang dingin bersamaan dengan pembaruan kursi.
“Karena sudah menjadi prioritas kami, cuma kemungkinan kita beli kursi yang terbuat dari kayu, kalau kursi besi gampang rusak,” ucapnya.
Kemudian untuk pengadaan buku di perpustakaan tahun ini sudah mendapat anggaran dan pihak perpustakaan sudah dalam proses pembelian. Namun lagi-lagi anggaran terbatas, hanya 30 juta rupiah.
“Memang kurang, karena kalau anggaran buku yang bisa banyak hampir 1M itu cuma di perpustakaan pusat,” tuturnya.
Penulis: Sappe (Magang)
Editor: Sriwahyuni