Washilah – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin Makassar gelar Pendidikan Khusus Mahasiswa Ilmu Hukum (PKMIH) dengan tema “Ekologi : Elaborasi Kognitif Lingkungan Hidup, Sosial dan Regulasi,” di Lecture Theatre (LT) FSH, Selasa (23/7/2024).
Kegiatan ini menghadirkan empat pemateri, yaitu Alumni Ilmu Hukum, Ahmad Maulana Anha, Staf Khusus (Stafsus) Ketua DPRD Kota Makassar, Aqil Al – Waris, Koordinator Wilayah Sulawesi Masyarakat Ilmuwan Teknologi Indonesia Klaster Makassar, Alfitra Mappunna, Lembaga Bagian Hukum (LBH) Makassar, Hasbi Assidiq, dan sebagai Master of Training, Ayi Yusrie Palangkey.
Pemateri, Hasbi Assidiq menjelaskan dalam pemaparannya bahwa pentingnya memahami dan melakukan advokasi, terkhusus dalam dunia hukum.
“Kita perlu melakukan advokasi, karena adanya relasi yang tidak setara dan juga mengurangi dinamika konflik yang terjadi di masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hasbi menjelaskan apabila hal tersebut tidak diindahkan maka akan timbul beberapa kerugian, seperti ketidakadilan, diskriminasi, perbudakan, persekusi, kemiskinan, serta penindasan.
“Adapun strategi yang dapat dilakukan ialah dengan menulis, membuat zine, selebaran, flyer, diskusi, debat terbuka, pendidikan hukum kritis, membuat rapat warga, hingga pengorganisasian rakyat,” sambungnya.
Sementara itu, Aqil Al-Waris mengatakan bahwa mahasiswa adalah kalangan yang memiliki tempat tersendiri di dalam masyarakat dalam melakukan suatu advokasi.
“Mahasiswa memiliki potensi, kelebihan, dan kemampuan yang tidak bisa disamakan dengan rakyat lain. Kontribusinya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa dianggap remeh,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa peran mahasiswa sangatlah beragam mulai dari menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah, kontrol politik, dan penyambung lidah pemerintah.
Lebih lanjut, ia mengatakan lingkungan bergaul adalah faktor besar yang dapat mengubah pola pikir seseorang termasuk mahasiswa itu sendiri.
“Orang baik dalam sistem yang buruk akan berubah menjadi buruk pula, orang buruk dalam sistem yang baik akan berubah menjadi baik pula,” tambahnya.
Senada dengan itu, Alfitra Mappunna juga mengatakan bahwa kita harus mencari pemimpin yang dekat dengan kata bijaksana.
“Ketika kita memilih pemimpin yang bijaksana maka kita punya kapasitas untuk menuntut kebijakan publik yang menyelesaikan segala persoalan yang ada di masyarakat,” pungkasnya.
Penulis : Nur Fathanah (Magang)
Editor: Sriwahyuni