Cita-Cita Dijegal UKT Mahal

Facebook
Twitter
WhatsApp
Ilustrasi: Washilah - Desviana

Washilah — “Cita-citaku dari dulu memang mau kuliah di UIN,” kata Andi Rusdiana.

Perempuan yang biasa disapa Ana ini merupakan salah satu Calon Mahasiswa Baru (Camaba) UIN Alauddin Makassar 2024. Ia diterima di Jurusan Menejemen Pendidikan Islam (MPI), salah satu jurusan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Lahir di keluarga sederhana membuatnya bertekad mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Bagi keluarga Ana, ia adalah harapan. Tidak satupun dari keluarga Ana pernah berkuliah. Termasuk ketiga kakaknya yang kini telah berumah tangga.

Sejak ditinggal sang ayah pada tahun 2005, ibu Ana beralih sebagai tulang punggung keluarga. Dorongan sang ibu memperkokoh keinginan Ana untuk berkuliah. Walau merasa sungkan perihal biayanya nanti, Ana mulai kesana-kemari mencari informasi tentang dunia perkuliahan.

Ana memilih UIN Alauddin Makassar setelah mendengar pertimbangan-pertimbangan dari kerabat. Kerabatnya bilang, kampus berjuluk peradaban itu kampus yang UKT-nya sedikit terjangkau ketimbang kampus-kampus lain yang ada di Makassar.

Berbekal itu, Ana mencoba peruntungannya dengan mendaftar jalur SPAN-PTKIN UIN Alauddin Makassar.

Selasa, 2 April 2024 saat pengumuman telah tiba, Ana senang bukan main. Sebuah ucapan manis betuliskan “Selamat anda lulus” yang ia saksikan di layar ponselnya menandai awal perjuangannya.

Hingga tiba pengumuman UKT yang dia dapatkan.

“Pas ku tau UKT ku shock ka kak karena Rp.3.050.000 (golongan 3) yang mau ku bayar,” tutur Ana, 5 Mei 2024.

Ana tidak menyangka akan mendapatkan UKT sebesar itu. Bagi seorang yatim yang hanya dibiayai sang ibu, harga yang didapatkan Ana tidak setimpal.

Wanita kelahiran Bulukumba ini lalu bertanya-tanya apa yang salah dari berkas yang dia setor pada pihak jurusan. Padahal, Ana bahkan mengikutsertakan surat keterangan kurang mampu dari kantor desanya dalam berkas pendaftaran ulang itu.

“Bahkan dalam slip gaji orang tua jelas penghasilannya cuman 300 ribu rupiah, karena pekerjaan mamaku tidak menentu,” katanya.

Ana kelimpungan tidak tau harus bagaimana. Semenjak keluarnya informasi pembayaran UKT, ia terus berada di kampung halaman. Ana putar otak. Berbekal ponselnya, Ana menghubungi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan MPI. Hanya saja tidak ada balasan darinya.

Kendati demikian, kebuntuan menuntun Ana kepada satu kesimpulan. Mau tidak mau, jika dirinya ingin berkuliah, maka Ana harus membayar UKT tersebut. Ana lalu membayar UKT-nya pada 7 Mei 2024, hari terakhir pembayaran.

“Tapi uang yang kupakai uang pinjaman ji dulu,” sambung Ana.

Cerita yang sama berasal dari Evan (bukan nama sebenarnya). Saat hari pengumuman kelulusan SNBP (lebih dikenal dengan jalur undangan), Evan dinyatakan lulus jurusan Ilmu Komunikasi. Kabar kelulusannya disambut datar oleh sang ayah.

“Mungkin karena kepikiran soal biaya nanti,” tuturnya.

Benar saja, saat keluar pengumuman perihal penetapan UKT bagi Camaba, kabar buruk menghampiri Evan. Ia mendapatkan kategori 3 dengan besaran Rp.2.120.000. sejak saat itu hingga menjelang hari terakhir penutupan pendaftaran, sang ayah tak kunjung memberi kepastian. Evan hanya berharap kabar baik menanti.

Beruntung, tanggal 6 Mei 2024 sang ayah mengiyakan untuk membayar UKT Evan. UKT Evan akan dibayar pada hari terakhir pembayaran. Dan sama seperti Ana, ayah Evan membayar biaya kuliahnya dengan cara meminjam.

Sebagai anak sulung dari 4 bersaudara, Evan bercita-cita mengangkat derajat keluarganya. Menjadi sarjana pertama dalam keluarga adalah mimpi besar Evan.

Kabar tentang ayahnya bersedia membayar UKT Evan memang merupakan angin segar baginya. Namun, untuk memuluskan mimpinya, Evan bertekad mencari segala cara untuk meringankan beban sang ayah nantinya, termasuk mengurus beasiswa dan mengurus penurunan UKT-nya di semester berikutnya.

Barangkali orang miskin dilarang kuliah?

Senin, 6 Mei 2024 saat ditemui Washilah, Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama (AAKK) Kaswad Sartono dengan tenang bercerita. UKT UIN tidak mungkin digratiskan. Terlebih lagi, dengan status Badan Layanan Umum (BLU) yang dimiliki kampus peradaban, UKT turut jadi salah satu lahan penghasilan kampus.

“BLU ini hampir diberikan otonomi untuk kebutuhan pendidikan itu sebagian besar (berasal) dari UKT,” terangnya.

Prosedur penentuan UKT dikatakan Kaswad disusun oleh setiap jurusan yang bersangkutan berdasarkan evaluasi dari UKT tahun-tahun sebelumnya. Setelah disusun oleh jurusan, barulah usulan tersebut diserahkan ke pihak universitas lalu diputuskan oleh Kementerian Agama.

“Sebenarnya ukuran mahal, murah itu relatif,” tuturnya.

Kaswad mengambil contoh UKT dengan besaran Rp.2.400.000. Jika salah satu mahasiswa mendapatkan kategori itu, maka mahasiswa tersebut hanya perlu menyisihkan uang sebesar Rp.400.000 perbulan.

Dengan banyaknya fenomena mahasiswa mengeluhkan UKT yang relatif mahal, Kaswad berharap setiap jurusan adil dalam penentuan UKT.

Jika menengok kebelakang. Kenaikan tarif UKT UIN Alauddin Makassar memang cukup signifikan. Untuk jurusan MPI saja, tahun ajaran 2020/2021 UKT golongan 2 besarannya Rp.1.165.000.

Ilustrasi: Washilah – Andi Muhammad Saleh

Sedangkan, untuk tahun 2024 UKT golongan 2 besarannya Rp.2.400.000. kenaikan tersebut terjadi di seluruh jurusan yang ada.

Ilustrasi: Washilah – Andi Muhammad Saleh

Walau naiknya tidak sesignifikan jurusan MPI, jurusan Ilmu Komunikasi juga mengalami kenaikan UKT. Tahun ajaran 2020/2021 besaran UKT golongan 3 ialah Rp.1.585.000, sedangkan tahun 2024 besaran UKT golongan 3 ialah Rp.2.120.000.

Penulis: Saldi Adrian
Editor: Redaksi

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami