Kuliah Umum UIN Alauddin Bahas Literasi Politik Lintas Sejarah

Facebook
Twitter
WhatsApp
Pemaparan materi oleh Prof Nasr Mohammed Arif pada Kuliah Umum di Ruang Rapat Senat lantai IV Rektorat UIN Alauddin Makassar, Kamis (9/11/2023). | Foto: Istimewa.

Washilah – UIN Alauddin Makassar gelar Kuliah Umum dengan tema “Turats dan Tradisi Literasi Politik dalam Lintasan Sejarah Intelektual Muslim” di Ruang Rapat Senat Rektorat lantai IV, Kamis (9/11/2023).

Kegiatan ini dibuka langsung oleh Direktur Pascasarjana UIN Alauddin, Prof Abustani Ilyas. Ia memberikan gambaran umum sejarah politik intelektual muslim di zaman kenabian yang kemudian dikaitkan dengan kondisi politik Timur Tengah saat ini.

“Saya berharap juga dapat disisipkan kondisi politik yang saat ini sedang memanas di Timur Tengah agar kita dapat lebih memahami kondisi yang sebenarnya,” lanjutnya.

Berkaitan dengan turats (kitab kuning), Profesor Ilmu Politik Universitas Cairo, Nasr Mohammed Arif mengatakan bahwa terdapat tiga pembagian politik yakni hubungannya dengan Al-Qur’an, hubungannya dengan Sunnah Nabawiyah, dan hubungannya dengan pemikiran kaum muslimin. Ia juga mengkritisi kondisi kaum muslimin saat ini yang sulit memahami dan berinteraksi dengan turats.

“Di Barat, para orientalis masih kerap melakukan pencederaan turats di mana para peneliti belum melakukan upaya rekonstruksi metodologi tafsir-tafsir sehingga output pengkajian dapat bergeser karena tidak disesuaikan zaman,” lanjutnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, semua yang diharapkan oleh pemerintahan Islam baik khilafah dan sebagainya adalah pertahanan, masyarakat yang damai dan aman, penegakan keadilan, dan bagaimana pemerintah dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat kurang mampu. Namun menurutnya, pihak pemerintah terkadang mengutamakan pembentukan negara dibandingkan masyarakat Islam yang berkualitas.

“Paradigma politik Islam adalah mengutamakan masyarakat daripada piranti-piranti kekuasaan, karena jika hanya fokus pada negara, akan mudah dihancurkan. Namun jika membentuk masyarakat dengan konsep Islami maka masyarakat Islam akan tetap ada bagaimana pun itu,” jelasnya.

Lebih spesifik, ia mengangkat konflik yang sedang terjadi di Palestina-Israel. Ia menggarisbawahi campur tangan Amerika Serikat yang mengambil keuntungan dari konflik ini dari sektor ekonomi dan menjadikan Israel sebagai salah satu functional group untuk mengganggu struktural negara-negara Timur Tengah seperti Palestina.

“Karena negara-negara Timur Tengah atau mayoritas muslim belakangan mengalami peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang bisa mengancam eksistensi mereka,” ungkapnya.

Salah satu peserta, Nafisah berharap agar tema-tema serupa banyak diangkat pada kegiatan-kegiatan kampus.

“Semoga literasi seperti turats, politik Islam, dan sebagainya itu perlu dimasifkan lagi,” jelasnya.

Penulis: Rusmianti (Magang)
Editor: Nabila Rayhan

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami