Washilah – Penyimpangan kebahasaan dalam penafsiran ayat Al-Qur’an dapat mengakibatkan pertentangan pemahaman.
Hal itu dipaparkan oleh Dosen Bahasa dan Sastra Arab (BSA), Dr Moh Harjum, pada Seminar Internasional Jurusan BSA yang dilaksanakan di Lecture Theatre (LT) FAH UIN Alauddin Makassar, Jum’at (13/10/2023).
Harjum juga menjelaskan, pertentangan pemahaman ini diakibatkan keragaman dan kebebasan dalam menginterpretasi ayat-ayat Al-Qur’an.
“Contohnya penyimpangan fonologis, yakni penyimpangan bunyi (bacaan Al-Qur’an) yang sengaja dilakukan untuk kepentingan rima,” ujarnya
Eks Sekretaris Koordinator Kopertais Wilayah VIII itu juga menerangkan, untuk mengatasi penyimpangan yang terjadi ada satu startegi yang harus dilakukan.
“Diperlukan kajian kebahasaan untuk mengulas dan membuktikan bahwa Al-Qur’an itu khas, unik, dan istimewa,” jelasnya.
Salah satu peserta, Nadia Alfisyah Suardi mengatakan bahwa seharusnya dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an diperlukan kehati-hatian.
“Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman serta menambah wawasan mengenai firman-firman Allah,” ungkapnya.
Penulis: Dinda Lestari (Magang)
Editor: Nabila Rayhan