Catcalling, Momok Anak Muda

Facebook
Twitter
WhatsApp
Ilustrasi : Washilah-Rahmat Hidayat

Oleh : Sriwahyuni

Catcalling, menjadi sebuah fenomena yang muncul ditengah masyarakat khususnya dikalangan anak muda zaman sekarang.

Dikutip dari kompas.com, Komisioner Komnas Perempuan Rainy Hutabarat menjelaskan catcalling merupakan salah satu bentuk pelecehan seksual dalam bentuk kekerasan verbal atau kekerasan psikis.

“Hai cantik, seksi banget sih,” begitulah kira-kira sapaan yang terdengar dengan siulan, serta dilakukan dengan gestur menggoda yang sering dijumpai di jalan oleh sebagian perempuan. Kejadian seperti ini bukan saja membuat risih perempuan, tetapi juga akan memberikan dampak buruk seperti psikisnya yang terganggu. 

Catcalling seringkali dianggap remeh pada sebagian orang, dimana hal tersebut seakan sudah menjadi hal tabu untuk dilakukan, tanpa mengetahui dampak yang akan ditimbulkan bagi orang yang mengalami catcalling tersebut. Sehingga kejadian seperti catcalling ini perlu untuk diwaspadai, agar tidak terjadi dikalangan masyarakat khususnya perempuan.

Namun, apakah catcalling ini hanya terjadi pada perempuan saja?

Dikutip dari konferensi pers tentang Survei Pelecehan Seksual diruang Publik yang dilaksanakan oleh Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) (Wardhany Tsa Tsia/ VOI), tercatat, ada 1 dari 10 laki-laki yang nyatanya mengalami pelecehan seksual di ruang publik. Adapun jenis pelecehan verbal (Catcalling) yang sering kali dialami adalah siulan, komentar rasis, komentar atas tubuh, komentar seksual secara gamblang, komentar seksi, difoto secara diam-diam, dan main mata. 

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri dalam kejadian catcalling tersebut perempuan yang paling sering mengalaminya, sehingga sebagai perempuan kita harus menjaga diri dan berusaha agar terhindar dari kejadian catcalling.

Artinya, di kalangan anak muda zaman sekarang, masih banyak yang menjadi problem atas pemahamannya terkait pelecahan seksual secara verbal, yaitu catcalling akan memberikan dampak yang sangat buruk bagi orang yang mengalaminya meskipun seringkali dianggap remeh. Karena pada dasarnya kita sebagai manusia tidak dapat mengetahui kesehatan mental seseorang dalam menghadapi kejadian seperti catcalling tersebut. 

Hal penting yang dilakukan dalam menghadapi kejadian catcalling tersebut sebenarnya datang dari diri kita masing-masing, bagaimana kita harus memiliki pemahaman terkait pelecahan seksual dalam bentuk verbal yaitu catcalling, agar tidak akan ada lagi catcalling yang diterima oleh sebagian besar masyarakat khususnya perempuan di luar sana. Sebagai perempuan kita juga perlu memperhatikan lingkungan di sekitar kita dan selalu berhati-hati saat berkegiatan di luar.

*Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami