Menghidupkan Warisan Leluhur: Pameran Pusaka LBP Sulawesi Selatan di UIN Alauddin Makassar 

Facebook
Twitter
WhatsApp
Suasana pameran oleh Pa'rimpunganta Lembaga Budaya dan Pusaka di UPT Perpustakaan UIN Alauddin Makassar lantai satu, Rabu (11/12/2024). | Foto: Washilah - Nur Rahmadani Lira

Washilah – Rabu, 11 Desember suasana berbeda terasa di UPT Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, deretan benda pusaka khas Sulawesi Selatan tersusun rapi, membawa pengunjung menyusuri jejak sejarah yang penuh kebanggaan.

Pameran Literasi Budaya yang digagas oleh Lembaga Budaya dan Pusaka (LBP) Pa’rimpunganta bekerja sama dengan UPT Perpustakaan UIN Alauddin Makassar menghidupkan kembali warisan leluhur yang nyaris terlupakan di era modern.

Pameran tersebut akan berlangsung selama lima hari, yakni dari tanggal 9 hingga 13 Desember 2024. Pameran ini menghadirkan lebih dari 700 benda pusaka. Koleksinya meliputi badik, keris, uang koin peninggalan Belanda, hingga medali bersejarah, masing-masing bercerita tentang kebanggaan dan perjuangan masa lampau.

Ketua LBP Pa’rimpunganta, Abd Kadir Sitaba, menyatakan bahwa pameran ini bertujuan menghidupkan kembali warisan budaya yang kian terpinggirkan.

“Generasi muda, khususnya mahasiswa, sering kali kurang memahami kekayaan budaya kita. Melalui pameran ini, kami ingin mereka lebih mengenal benda pusaka yang menjadi bukti perjuangan leluhur,” katanya.

Di sudut ruangan, Surya, mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM), tampak terkesima mengamati sebilah badik yang dipajang.

“Kita sebagai orang Bugis harus tahu sejarah dan budaya kita. Benda-benda ini bukan sekadar barang antik, tetapi bukti jasa nenek moyang yang patut kita lestarikan,” ungkapnya.

Senada dengan Surya, Madani, mahasiswa asal Ambon yang kini menempuh studi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, turut mengungkapkan kekagumannya.

“Melihat peninggalan seperti uang koin dan keris membuat saya merasa lebih dekat dengan jejak sejarah. Semoga pameran seperti ini diadakan lebih sering,” ujarnya penuh harap.

Pameran tersebut bukan hanya menampilkan sekadar artefak bersejarah, tetapi juga sebagai pengingat akan identitas budaya Sulawesi Selatan. Dari uang koin peninggalan Belanda, hingga keris berukir dengan nilai spiritual yang tinggi, di mana setiap benda menjadi saksi bisu perjalanan panjang leluhur dalam menjaga kebudayaan dan kehormatan.

Abd Kadir Sitaba juga menyadari betapa pentingnya pendekatan kreatif untuk menjangkau generasi milenial. Menurutnya, teknologi dan multimedia dapat menjadi alat efektif dalam mengenalkan budaya.

“Generasi sekarang hidup di era serba digital. Pameran ini menjadi jembatan agar mereka tetap terkoneksi dengan akar budaya, meskipun melalui pendekatan modern,” jelasnya.

Meski waktu persiapan pameran ini hanya tiga minggu, Abd Kadir menuturkan bahwa semangat LBP Pa’rimpunganta tidak surut. Ia mengatakan bahwa pihaknya memiliki rencana besar untuk membawa pameran serupa ke kampus-kampus lain di Sulawesi Selatan atau bahkan di seluruh Indonesia.

“Jika pemerintah dan pihak kampus mendukung, kami siap melanjutkan misi ini. Tujuan kami jelas: agar mahasiswa di seluruh Indonesia mengenal dan mencintai sejarah serta benda-benda pusaka kita,” tegas Abd Kadir.

Melalui pameran ini, UIN Alauddin Makassar tak hanya menjadi pusat pendidikan, tetapi juga tempat untuk merawat dan menghidupkan kembali warisan budaya. Inisiatif ini mengajak mahasiswa tidak hanya mempelajari masa depan, tetapi juga merenungi masa lalu yang menjadi fondasi jati diri mereka.

Penulis: Nur Rahmadani Lira (Magang)
Editor: Sriwahyuni

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami