Oleh : Al-Kautsar Taufik
Namaku Al-kautsar taufik atau kerap disapa Uca, aku tergabung dalam UKM LIMA Washilah pada September 2020. Berlatar dari Jurusan Hukum Keluarga Islam (HKI), pengetahuan tentang dunia pers sangat minim. Pada saat penerimaan anggota baru In House Training Jurnalistic (IHTJ) Angkatan 19 di Taman Baca Ininawa Maros, materi- materi yang diberikan sangatlah menarik, semua materi merujuk terhadap dunia pers.
Aku semakin tertarik dalam berwashilah karena dedikasi yang diberikan tak hanya sekadar pada perkaderan semata, tetapi setelah selesai penerimaan anggota baru kami semua tidak langsung menjadi anggota resmi UKM LIMA Washilah, kami harus menjadi anggota magang selama 9 bulan, setelah itu kami akan dilantik menjadi anggota Washilah. Perlu diketahui bersama, proses maganglah yang akan memberikan banyak ilmu yang tidak kita dapatkan dalam lembaga lain tentunya ilmu tentang pers itu sendri.
Washilah memiliki sekret resmi yang biasa disebut Rujab, dalam rumah kecil inilah proses dedikasi bagi anggota magang diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Kala itu di awal proses magangku, Washilah masih dinahkodai oleh kak Aswan Syahrin atau kerap disapa Kak Aswan. Â Dalam berwashilah, memiliki ciri khas yang berbeda, kenapa saya katakan bebeda, karena dalam proses magang ini kami diberikan kebebasan namun tentu memiliki deadline tugas tanggungjawab yang harus dipenuhi.
Senior-senior Washilah sangat terbuka terhadap anggota baru, tidak ada jarak antara senior dengan juniornya, apalagi ketika kami selaku anggota magang mempertanyakan dunia pers pasti mereka para senior akan sangat gamblang dalam menjelaskan hal tersebut.
Aku pernah salah dalam menilai keluarga kecil Washilah, karena penilaianku berbanding terbalik dengan realitasnya, ternyata setelah aku rajin berkunjung ke rujab Washilah, apa yang selama ini aku nilai semua terbantahkan dengan hal yang nyata.
“Setiap organisasi memiliki proses pembelajaran berbeda, dalam Washilah memiliki pendekatan secara langsung yang semua akan diraskan ketika kita juga hadir di dalamnya (hadir di rujab),” tutur kak Aswan dalam rapat Evaluasi Anggota magang.
Hal tersebut membuatku semakin kagum dengan loyalitas dan dedikasi dari Washilah terhadap anggotanya, walaupun kami masih anggota magang tapi para pengurus dan dewan senior sangat peduli kepada kami, terbukti ketika ada salah satu anggota magang yang sakit dan ada yang mengalami kecelakaan, pengurus dan para senior langsung berkunjung, ada yang menjaga di rumah sakit saat dirawat, dan masih banyak yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu.
Setelah terpilihnya ketua baru yakni kak Arya, proses kepemimpinan dan dedikasi terhadap anggota magang tidak ada yang berbeda, justru semakin meningkat, artinya kultur Washilah tidak bisa dihilangkan malah semakin ditingkatkan oleh pengurus baru pada tahun ini.
Dalam berwashilah, semua fasilitas sudah di sediakan oleh pengurus dan senior, semua kembali pada diri kita masing-masing, bagaimanapun fasilitas yang diberikan pengurus dan senior, namun ketika diri kita tidak serius itu semua tentu tidak akan berguna.
Banyak hal dan kegiatan yang selalu diberikan arahan, di Washilah tidak pernah menyalahkan proses kegiatannya ketika hasilnya kurang maksimal, kami (anggota magang) selalu diberikan arahan dan evaluasi agar lebih maksimal. Aku mendapatkan keluarga kecil yang mungkin baru aku masuk di dalamnya, namun aku merasa seperti sudah lama dalam keluarga kecil Washilah ini.
Washilah usianya yang menginjak ke 36 tahun, aku berharap pengurus lebih progres, tentunya Washilah akan selalu melangit dalam dedikasinya terhadap para mahasiswa, lebih terpercaya independesi sebagai lembaga pers dan lebih berjasa kepada kampus Peradaban.