Eks Dekan FST UIN Alauddin Jadi Panelis Debat Publik Calon Walikota Makassar 2020

Facebook
Twitter
WhatsApp
Prof Arifuddin Ahmad jadi salah satu panelis calon Walikota dan Wakil Walikota Makassar, ia merupakan eks Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Alauddin Makassar periode 2015-2019.

Washilah – Eks Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Alauddin Makassar menjadi salah satu Peserta Diskusi Panel (Panelis) debat publik pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Makassar 2020. Debat perdana ini membahas tema sosial budaya, keamanan, pendidikan, transportasi, lingkungan, dan toleransi, Sabtu (7/11/2020).

Debat kandidat ini disiarkan secara nasional di Kompas TV, masing masing calon mengeluarkan ide terbaik untuk menarik simpati masyarakat Kota Makassar melalui debat ini.

Pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Makassar yang hadir:
1. Moh Ramadhan Pomnato – Fatmawati Rusdi (Adama’),
2. Munafri Arifuddin – Abd. Rahman Bando (Appi-Rahman),
3. Syamsu Rizal – Fadli Ananda (Dilan),
4. Irman Yasin Limpo – Andi Zunnun Armin NH (Imun).

Adapun Panelis yang memberikan pertanyaan mengenai tema debat publik ini adalah yang pertama Prof Arismunandar merupakan Guru Besar Universitas Negeri Makassar (UNM).

Panelis kedua Prof Jamaluddin Jompa merupakan Dekan Pascasarjana Universitas Hasanuddin (UNHAS), panelis ketiga Prof Sakti Adji Adisasmita merupakan Ketua Program Studi S3 Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas).

Panelis keempat Prof Arifuddin Ahmad merupakan mantan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada tahun 2015-2019 dan yang terakhir Aslan Abidin Dosen Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar (UNM).

Masing-masing panelis mempunyai pertanyaan tersendiri menyangkut tema debat publik ini, salah satu pertanyaan yang dikeluarkan Prof Arifuddin Ahmad mengenai cara menumbuhkan sikap toleransi antar beragama.

“Bagaimana cara menumbuhkan sikap toleransi antar masyarakat beragama,” tanyanya ke masing masing kandidat.

Pasangan nomor urut satu, Moh Ramadhan Pomnato – Fatmawati Rusdi mengatakan toleransi masuk dalam semua visi dan misi kandidat.

“Kata toleransi ini berada dalam semua visi misi kita dan di program srategis yang kita buat terdapat program perkuatan keimanan umat yang memusatkan pada pendidikan toleransi ada di setiap umat beragama agar setiap agama ini mendidik setiap umatnya bertoleransi sehingga masalah-masalah toleransi ini bisa teratasi,” ucapnya dengan lantang.

Selanjutnya pasangan nomor urut dua, Appi – Rahman atau Munafri Arifuddin – Abd Rahman Bando menaggapi bahwa Makassar adalah kota yang terbuka, semua masyarakat dapat melalkukan kegiatan.

“Menurut kami Makassar adalah kota yang terbuka yang dimana semua orang dapat melakukan kegiatan-kegiatan baik itu bersifat sosial maupun ekonomi, maka dari itu kami lebih menanamkan sikap toleransi dari pendidikan dasar agar anak atau generasi selanjutnya tidak muncul sikap egois dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Kota Makassar ini,” tuturnya.

Pasangan nomor urut tiga, Syamsu Rizal – Fadli Ananda mengatakan masyarakat Makassar tumbuh dan berkembang oleh kemajemukan dan heterogen.

“Masyarakat Makassar ini tumbuh dan berkembang dibangun oleh kemajemukan dan heterogen, masalah-masalah yang dianggap sara ini bisa teratasi dengan imunitas atau kemampuan beradaptasi masyarakat Makassar. Maka dari itu paslon ini membuat kebijakan-kebijakan untuk memberikan penghargaan terhadap kelompok-kelompok tertentu dengan membuat miniatur kekuatan dan ketahanan sosial menjadi sebuah hal yang bukan hanya sekedar simbolik dalam aturan, dan dalam sistem pendidikan mengadakan feel trip yang dimana sekolah yang berbasis agama ini berkunjung ke sekolah agama-agama lain agar terciptanya rasa kesadaran akan bertoleransi,” jelasya paslon yang dikenal dengan nama Dilan.

Dan yang terakhir pasangan nomor urut empat, Irman Yasin Limpo- Andi Zunnun Armin NH menuturkan akan terfokus pada penanganan toleransi dengan tiga sistem edukasi.

“Kami memusatkan kepada penanganan toleransi dengan tiga sistem edukasi, ini lebih memusatkan kepada pendalaman setiap agama contohnya di setiap hari Jumat di sekolah-sekolah di adakan pendalaman agama sesuai keyakinan masing-masing siswa, sosialisasi adalah lebih mengajak pemuda atau kaum milenial ini untuk lebih sering mengikuti kajian-kajian keagamaan agar terbangunnya sikap toleransi ini dan sedangkan interaksi lebih memusatkan kepada tokoh atau lembaga keagamaan untuk mengetahui konflik-konflik apa saja yang terjadi di masyarakat,” ujarnya.

Penulis: Fikri Mauluddin (Magang)
Editor: Rahmania

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami