Karya Juminah
![]() |
Illustrasi |
Ambigu! Aku benar – benar ambigu! Mahasiswa macam apa aku ini ?! sebenarnya apa yang terjadi? Aku tidak mengenal diriku sendiri! Ini benar – benar susah di mengerti.
Aku senyum bukan berarti aku bahagia. Namun, aku ambigu. Keambiguanku membuatku terombang – ambing. Sisi lain mahasiswa adalah Fre sex dam smooking.
Benar- benar memalukan. Menjijikan dan terkutuknya apa yang sedang mereka lakukan. Di kala heningnya azan isya berkumandang, akau terusik oleh suara gemuruh tembokku yang terbuat dari hanya dari papan yang sangat tipis.
Sesekali kudengar suara pukulan dan isak tangis, tidak ketinggalan suara jeritan juga ikut mewarnai menambah ketakuatanku ketika sedang membaca sebuah buku karya Asdar Muis.
Apa yang terjadi? Aku ketahui terdapat sepasang mahasiswa yang mungkin sedang berselisih paham dan mungkin telah terjadi sesuatu. Mungkin lebih parah dan mungkin, Aku hanya bisa menerka dan berkata mungkin.
Hanya itu. Ketakutanku semakin mengganggu konsentrasiku dan aku putuskan untuk menutup buku yang sedang kau baca kemudian menuju teras untuk menghindari suara – suara tersebut. Suara pukulan, isak tangis dan sesekali jeritan.tetapi ternyata suara itu masih terdengar hingga keteras.Tuhan aku benar – benar takut dan ngeri terhadap mereka.
Sungguh aku tidak mengerti dengan jalan pikiran mereka. Sebenaranya apa yang terjadi. Bukan hanya sesekali aku mendengar suara – suara tidak enak seperti itu, namun sudah keekian kalinya aku takut dan jengkel dengan diriku sendiri.Tidak ada yang bisa kulakukan kecuali mengadu kepada Tuhan. Sekarang aku tambah tidak mengerti sebenarnya siapakah aku, dia , mereka dan kita?
Perbincanganku dengan kakak di teras yang juga merupakan teman karib dari kedua penghuni yang sedang konser itu mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah hal biasa dalam menjalin suatu hubungan asmara. Lebih parahnya lagi menurutnya wanita tidak mau meninggalkan pemuda macam itu dikarenakan sebuah alasan klasik yang sangat simpel yaitu kalau sudah cinta, sulit untuk berpisah karena hal itu adalah penyiksaan batin yang sungguh menyiksa.
Aku terdiam mencerna jawaban klasik yang sangat memuakan itu. Dalam diamku aku berpikir tidakkah isgadis berpikir? Bahwa dia sedang beradaa pada posisi yang disakiti dan pastinnya dirugikan lahir batin?? Betulkah cinta yang jadi alasannya? Atau mungkin karena uang?
Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian mahasiswa di Makassar rela membangun kost kebo bersama, ditengarai oleh permasalahan duit. Bukakankah si gadis itu memegang kendali uang yang dikirimkan oleh orang tua si perjaka, si gadis juga pernah bilang kalu orang tuannya hanya sekedar petani biasa tidak seperti pacarnya, orang tuanya adalah keluarga dari pegawai negeri sipil.
Benarkah karena uang, harga diri, kehormatan, dan fisik rela terskiti demi gelar? Aku tidak mengenal Mahsiswa, namun aku adalah mahasiswa, aku pelajari mahasiswa adalah orang yang melakukan sesuatu yang sebelumnya telah difikirkan dampak positif dan negatifnya. Tapi kenapa?
Kenapa teori berbanding terbalik dengan realita. Aku tidak mengenal mereka. Aku teringat dengan teman – teman yang tidak kuliah yang sedang ada di kampung.
Jangankan untuk tidur di kamar yang sama, berpegangan tanganpun sudah menimbulkan staement yang beraneka ragam dari para tetangga dan teman – teman. Pun mereka yang melakoninya pasti merasa malu dan tidak akan mengulangi hal tersebut.
Tapi di sini, di kota Makassar ini. Benar – benar mahasiswanya tidak tahu malu. Akhirnya akan berakhir malu – maluin. Jangankan hanya sekedar pegang – pegangan tangan, tidur sekamarpun sudah terkesan biasa di kota ini gila!
Ironis dan apatis itu membuatku ambigu dalam keheningan malam.Disatu pihak aku harus dan harus memahami itu tapi aku tidak rela bila mereka itu disebut mahasiswa.
Apakah mereka tidak berfikir dengan Tuhan mereka dikampung yang tidak mengenal waktu demi untuk anak – anak mereka yang adadimakassar, yang menurutnya sedang menuntut ilmu.
Apakah hati dan otak mereka telah terburu nafsu yang mengatas namakan cinta yang telah menguasai mereka demi untuk membenarkan segala apa yang telah mereka lakukan.Atau bahkan mereka terjebak dalam kata mahasiswa yang menurut mereka mengandung makna kebebasan yang sebebas – bebasnya.
Sungguh miris hatiku kala harus membayangkan raut kekecewaan orang tua mereka, karena mengetahui kegiatan sampingan anaknya selain sebagai mahasiswa, mereka juga adalah seseorang gadis dan perjaka kos tangga, bukan yang biasa yang kita sebut yaitu Ibu RumahTangga