Tabloid Washilah Edisi 125 Soroti Kebijakan Kampus dan Praktik Jual Beli Buku

Facebook
Twitter
WhatsApp
Launching dan diskusi tabloid edisi 125 spesial magang UKM LIMA Washilah, di taman PLN Kampus II UIN Alauddin, Senin (17/2/2025). Foto: Washilah - Mujahid (Magang).

Washilah — Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Informasi Mahasiswa Alauddin (LIMA), laksanakan launching tabloid edisi 125 spesial magang di taman PLN kampus II UIN Alauddin, Senin (17/2/2025).

Tabloid edisi 125 spesial magang mengangkat tentang ketidakpuasan mahasiswa, terutama di halaman 5 dan 6 dengan isu “SK Ugal-Ugalan, LK Tumbang Perlahan” dan “Dosen Jual Buku, Mahasiswa Beli Nilai.”

Koordinator tabloid, Rhizka Amelia K, mengangkat isu ini karena pimpinan dianggap sewenang-wenang mengatur lembaga dan membatasi kebebasan berekspresi mahasiswa, meski lembaga berhak mengelola dirinya selama tidak melanggar aturan kampus.

“Seharusnya pimpinan tidak boleh mengatur semau-maunya terhadap lembaga yang ada di naungannya, ” tuturnya.

Rhizka menegaskan bahwa praktik jual beli buku dan menjadikan mahasiswa sebagai konsumen utama ini tidak boleh dianggap wajar karena tidak semua mahasiswa memiliki kondisi keuangan yang sama. Ia berharap pimpinan kampus bisa memperjelas larangan jual beli buku di berbagai fakultas.

“Supaya pihak kampus menindaklanjuti jual beli buku yang dilakukan dosen, sehingga mahasiswa tidak lagi merasa terbebani dengan harga buku yang tinggi,” harapnya.

Mahasiswa UIN Alauddin, Daya, menilai launching tabloid Washilah edisi 125 membawa isu yang jarang disorot media, seperti parcel dan evaluasi kinerja dosen. Hal ini menjadi tolak ukur apakah aspirasi mahasiswa tersampaikan melalui kuesioner akademik.

Ia berharap launching tabloid dan diskusi ini terus berlanjut, karena Washilah berperan sebagai jembatan aspirasi, terutama bagi mahasiswa yang belum memahami isu kampus.

“Di diskusinya teman-teman harus lebih banyak peserta hadir di sini, supaya keresahan teman-teman itu bisa sampai ke mahasiswa,” katanya.

Penulis: Mujahid
Editor: Hardiyanti

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami