Peringatan September Hitam, Mahasiswa UIN Kenang Peristiwa Kelam

Facebook
Twitter
WhatsApp
Berbagai mahasiswa memperingati "September hitam" yang berlangsung di depan gerbang II UIN Alauddin, Kamis (19/9/2024). | Foto: Washilah-Ulya Muthmainnah Ammar

Washilah – Suara kendaraan yang riuh tengah berlalu lalang. Di balik jinggahnya awan, Kamis 19 September 2024, tepat di depan pintu Kampus II UIN Alauddin Makassar berdiri tegak sebuah spanduk hitam bertuliskan “September Hitam.”

Jingga di awan sore dan riuh lalu lalang kendaraan jadi saksi antusias mahasiswa dalam kegiatan yang dibalut tema “September Hitam”. Di hari itu, Kamis (19/9/2024), mahasiswa menggambarkan rasa berkabung mereka dengan mengenakan pakaian yang serba hitam

Mahasiswa dari seluruh jurusan di UIN Alauddin Makassar berkumpul, berbaur menjadi satu. September Hitam mereka jadikan momen mengenang berbagai fenomena kelam yang telah terjadi di tanah air.

Buku-buku disusun pada terpal putih. Berbagai aktifitas pun tersorot, ada yang tengah berdiri, ada yang duduk, ada juga yang asik membaca, ada pula yang mengunci pandangannya ketika alunan puisi dibacakan.

Di panggung yang sederhana, dengan penuh semangat, mahasiswa UIN, Heru (bukan nama sebenarnya) melisankan puisinya.

“Kami adalah gempa, kami adalah gempa, kami adalah gempa. Yang tidak mungkin tuan kendalikan,” tegasnya dalam potongan puisi yang ia lantunkan.

…….

Di sisi lain, mahasiswa, Seto (bukan nama sebenarnya) menafsirkan betapa kejamnya peristiwa di bulan September.

“Jika dilihat dari kilas balik sejarah, begitu banyak tragedi terjadi di bulan September, mulai dai peristiwa manggis dua dan lainnya. Bahkan hingga saat ini aksi-aksi pelanggaran HAM masih belum ditangani dengan baik oleh pihak-pihak peneroka negara.

Tidak ketinggalan, alumi UIN bernama Syam (bukan nama sebenarnya) juga menandaskan betapa peristiwa bulan September sangat membekaskan luka mendalam.

“Banyak kejadian kejadian atas pelanggaran martabat manusia, pelanggaran hak asasi manusia, hingga proses penghilangan paksa,” jelasnya.

Dengan kesadaran penuh, mahasiswa berkumpul, bersatu atas hak yang mesti menjadi kewajibannya dalam mengingat bahwa kelamnya konstitusi yang pernah terjadi di bulan September dengan sebutan “September Hitam.”

Penulis: Nandya Fitri Ramadhani (Magang)
Editor: Sriwahyuni

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami