Panggung Bebas Ekspresi Dalam Menyoal Keresahan Mahasiswa

Facebook
Twitter
WhatsApp
Penampilan orasi pada kegiatan panggung bebas ekspresi, di Warkop Part Dua, Sabtu (24/8/2024). | Foto: washilah - Faiz Dito

Washilah – Saya dilarang untuk mengkritik. Saya dilarang untuk menyampaikan aspirasi,” teriak Bento (bukan nama sebenarnya) lewat alat pengeras suara.

Malam itu, Sabtu 24 Agustus, Bento turut menyulut keresahannya di panggung bebas ekspresi, yang digelar di Warkop Part Dua, Samata.

Di sana, para mahasiswa dari berbagai fakultas berkumpul saling meluapkan ekspresi. Mulai dari orasi, puisi, hingga akustik.

Salah satunya Bento. Ia datang untuk berorasi di depan teman-temannya.

Saat naik ke panggung, ia menyalami semua penonton.

Setelahnya, Bento bergelora lewat pengeras suara sebanyak tiga kali, “pembungkaman, pembungkaman, pembungkaman,” ia menyentak-nyentak hingga riuh.

Penonton ikut bersorak sambil melompat lompat mendengar bento bergelora dengan semangatnya.

“Pembungkaman” yang dimaksud bento adalah 18 kawannya yang telah diberikan Surat Keputusan (SK) Skorsing lantaran terlibat dalam aksi demonstrasi.

Usai bento, salah satu mahasiswa lain naik ke panggung.

Ia memainkan melodi lembut di gitar akustiknya, lagu “Darah Juang” yang diiringi oleh suara merdu yang membakar semangat.

Lagu tersebut menggambarkan semangat untuk melawan ketidakadilan dan memperjuangkan hak-hak yang dirampas.

Penonton pun ikut terbawa suasana mengingat mereka sedang berjuang atas hak kawannya yang telah diberikan SK skorsing.

Panggung bebas ekspresi malam itu menjadi saksi bisu atas perjuangan mahasiswa UIN. Mereka tak hanya mengekspresikan keresahannya, tetapi juga menunjukkan semangat juang yang tak kunjung padam. Mereka ingin di dengarkan, mereka ingin terus belajar dan berkarya.

Melalui panggung bebas ekspresi, mereka menunjukkan bahwa mereka tak akan pernah padam. Mereka akan terus berjuang, dengan harapan agar kampus menjadi ruang yang aman dan nyaman bagi semua mahasiswa untuk belajar, berkarya, dan mengekspresikan diri.

Penulis: Faiz Dito (Magang)
Editor: Sriwahyuni

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami