Mi Instan Ramah Diabetes

Facebook
Twitter
WhatsApp
Sumber | Google

Oleh : Nur Apiah dan Reza Nur Syarika

”Mi instan” tentunya tidak asing lagi di kalangan mahasiswa, makanan yang mudah dan praktis ini kerap kali menjadi pilihan saat lapar. Pun, harganya sangat terjangkau bagi kantung pelajar.

Meski menjadi makanan favorit, nyatanya mi instan kurang baik bagi kesehatan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa makan mi instan terlalu banyak dapat berisiko. Hal ini disebabkan karena mi instan mengandung banyak garam yang berujung pada masalah kesehatan. Seperti yang diungkapkan dalam penelitian di Journal of Nutrition menyebut bahwa orang yang mengonsumsi mi instan dalam jumlah banyak memiliki risiko sindrom metabolik lebih tinggi.

Sejumlah gejala yang mungkin muncul adalah tekanan darah yang meningkat, menurunnya tingkat kolesterol baik, serta tingginya risiko terkena penyakit jantung, diabetes, dan stroke. Peduli dengan hal tersebut, Ruhul Fadillah, seorang Mahasiswi Jurusan Farmasi UIN Alauddin Makassar berinisiatif mencoba membuat mi instan yang dapat bermanfaat untuk kesehatan. Hal tersebut berawal saat memasuki semester VI, ia mendapatkan tugas kuliah untuk membuat makanan yang memiliki manfaat kesehatan.

”Pada saat semester VI saya diberi tugas kuliah buat makanan yang punya manfaat kesehatan. Hari itu saya buat kukis dan biskuit,” kata Ruhul. Setelah membuat kukis, Ruhul kemudian iseng mencoba membuat makanan lain yang lebih populer namun tetap memiliki manfaat bagi kesehatan.

”Karena sudah buat tugas, jadi saya iseng buat produk makanan lain, bikin mi tapi bahannya dari buah labu,” ujarnya.

Ia kemudian mendiskusikan idenya kepada tiga orang temannya dan salah satu dosennya. Setelah menyepakati ide Ruhul. Mereka mulai mencari bahan makanan yang bisa membantu mengontrol gula darah. Mereka menemukan air putih, buah labu serta sedikit terigu sebagai bahan dasar pembuatan mi. Sedangkan bumbunya menggunakan bawang putih, merica, dan ketumbar. Bahan-bahan tersebut menurut mereka mengandung antioksidan, flavonoid, dan alisin. Komposisi tersebut kalau dikonsumsi dapat membantu pankreas memproduksi insulin.

”Dirubah menjadi energi, jadi mengurangi kadar gluko sa di tubuh,” jelas Indah Nur Pratiwi, teman Ruhul. Nur Rezky, teman Ruhul lainnya, mengatakan pemilihan bahan-bahan itu sudah melalui riset dan terbukti mampu mengurangi gula darah seseorang dari 180 menjadi 120.

”Kami riset kepada 10 orang, mereka yang mengonsumsi 300 gram nochip setiap hari, mampu mengurangi gula darah seseorang, dari 180 menjadi 120,” terangnya.

Lebih lanjut, Nur Rezky menjelaskan produk ini lebih tepat dikonsumsi untuk penderita Diabetes Miletus (DM) tipe II.

”DM kan ada II tipe, tipe pertama, yaitu tubuhnya memang sudah tidak mampu memproduksi insulin. Kalau tipe kedua, tubuhnya masih bisa produksi insulin, tapi sedikit,” jelasnya.

Berawal dari iseng-iseng, mengantarkan Ruhul bersama dosennya Muh Ikhlas Arsul dan tiga temannya Indah Nur Pratiwi, Nur Rezky Rutami Amir dan Fitril Imani ke negeri ginseng. Ruhul tak pernah menduga, karena keisengannya, membuat dirinya diundang ke Seoul International Invention Fair (SIIF).

Kegiatan yang dilaksanakan pada 27-30 November 2019 lalu. Produk mereka pun menjadi salah satu produk inovasi lainnya dari berbagai negara yang dipamerkan di SIIF. Sekitar 40.000 pengunjung pameran tersebut memberikan respon positif kepada produk nochip buatan Ruhul bersama rekannya yang mereka pamerkan.

Mereka pun mendapatkan beberapa penghargaan mulai dari awards, The Best Woman Inventor, dan medali perak, sebagai juara 2 SIIF 2019 di COEX, Seoul, Korea Selatan. Tak hanya penghargaan, produk nochip pun juga mengundang ketertarikan sejumlah investor di SIIF. Mereka ingin menjalin kerja sama.

”Sekarang ini ada investor sedang menjalin komunikasi dengan kami mengenai ketertarikan mereka. Tapi produk ini masih sedang kami sempurnakan. Semoga produk nochip ini dapat dikonsumsi masyarakat Indonesia terutama penderita diabetes dan besar harapan kami ada investor dari Indonesia yang mengajak untuk menjalin kerja sama,” tutup Ruhul.

*Penulis Merupakan Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Arab dan Ekonomi Islam UIN Alauddin Makassar. 

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami