Surat Edaran Tarif Sewa Kantin Akan Naik, Timbulkan Penolakan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Salah satu spanduk penolakan yang terpasang di Kafetaria UIN Alauddin Makassar, Senin (9/3/2020).

Washilah – Surat edaran yang diterbitkan pada Selasa kemarin (3/3) terkait naiknya sewa Kafetaria di UIN Alauddin Makassar menimbulkan berbagai penolakan dari mahasiswa dan penyewa kantin. Harga sewa 4-6 juta naik hingga 15 juta pertahunnya. Hal tersebut mempengaruhi harga makanan yang ada di Kafetaria, Senin (9/3/2020).

Nurul yang merupakan salah satu pengguna kantin di UIN Alauddin Makassar, saat ditemui ia mengaku sangat keberatan dengan harga baru yang ditetapkan oleh Pusat Pengembangan Bisnis (P2B).

“Tentunya kami sangat keberatan dengan tarif kantin yang mahal, dari 6 Juta sampai 15 juta, belum lagi banyak pengeluaran yang harus kami tanggung mulai dari biaya anak dan biaya lainnya untuk jualan”, ucapnya.

Saat membicarakan dampak dari kebijakan kantin, Ia menambahkan bahwa kebijakan ini akan berdampak kepada para mahasiswa yang akan makan di Kafetaria.

“Kalau persoalan dampaknya tentu sangat banyak, baik itu anak-anak mahasiswa maupun kami semua. Kalau kami selaku ibu kantin dengan adanya kebijakan ini pastinya akan menaikkan harga makanan juga. Hari Senin rencana akan diterapkan harga baru nasi yang 3000 nanti naik jadi 5000 begitupun dengan lauk dan minuman,“ujar perempuan asal palopo ini.

Nurul juga mengajak seluruh mahasiswa untuk terlibat dalam penolakan harga sewa Kafetaria, karena yang akan mendapatkan dampak besar adalah mahasiswa itu sendiri.

“Harusnya anak-anak mahasiswa dan kita semua juga marah dengan aturan baru ini, karena mau tidak mau ketika makanan naik mereka akan kesusahan untuk membeli makanan juga, apalagi mereka kan suka makan prasmanan yang murah jadi haruski tolak ini,” ujarnya.

Arya, salah satu mahasiswa yang setiap harinya makan di Kafetaria mengaku sangat marah dengan banyaknya kebijakan dari kampus, namun tidak mendengarkan pendapat mahasiswa.

“Kampus hari ini yang seharusnya sebagai laboratorium pendidikan tidak ada bedanya dengan perusahaan, yang dikelola dengan orientasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar besarnya. Saya pikir ini momentum untuk mengakumulasi kemarahan-kemarahan kita kepada pihak kampus, atas segala kekacauan yang terjadi selama ini, mulai dari perusakan bale-bale, pembatasan jam malam, PHK cleaning service secara sepihak, belum lagi beberapa masalah pelecehan seksual yang marak terjadi di UIN, dan hari ini kita semua diteror dengan isu kenaikan tarif sewa kantin yang pastinya akan berdampak pada semua warga kampus. Dan menurut saya jawaban dari semua itu adalah melawan,” tegasnya.

Penulis : M Shoalihin
Editor : Rahmania

  Berita Terkait