Terhitung 52 hari Prof Musafir mengakhiri masa jabatannya sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar. Sebelumnya, ia dilantik menjadi rektor pada tahun 2015 menggantikan Prof Dr H A Qadir Gasing HT MS.
Washilah-Menjabat selama empat tahun bukanlah hal mudah bagi Musafir, banyak suka duka yang ia lewati, terlebih pencapaiannya membawa UIN Alauddin Makassar meraih akreditasi A. Disisi lain, Guru Besar Sosiologi Agama ini juga meninggalkan beberapa pekerjaan rumah yang belum tuntas untuk rektor selanjutnya.
Kini, ayah empat anak ini, selain tetap menjalankan kewajibannya sebagai profesor, ia mengaku memiliki waktu yang lebih banyak dalam menjaga kesehatan tubuhnya. Berikut Wawancara khusus Reporter Washilah saat bertandang ke kediaman Rektor UIN Alauddin Makassar yang ke-10 Prof Dr Musafir Pababari MSi di Royal Spring, Rabu (28/08/2019).
Apa kesibukan Anda setelah menjabat sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar?
Saya selalu menjaga kesehatan disetiap kesempatan. Tiap pagi saya aktif berolahraga. Kemudian yang kedua lebih banyak melakukan kewajiban sebagai professor, di samping tridarma juga menulis buku. Saya bilang alhamdulillah, ternyata saya juga bisa menulis kalau tidak sibuk. Ada beberapa buku yang sementara saya tulis. Kemarin, Majelis Ulama menyarankan untuk menginput tulisan tentang 99 Cendekiawan Muslim, menulis hal-hal tentang pembangunan di Sulawesi Selatan, dan tugas yang diminta, saya selesaikan dalam dua hari. Dulu, jika diminta menulis saya selalu merasa berat, ternyata sekarang menulis menjadi salah satu kesibukan saya. Jadi, kesibukan saya sekarang yang sifatnya rutin ialah membaca, olahraga, jaga kesehatan, menulis, dan belajar.
Bagaimana perasaan Anda setelah menyelesaikan tugas sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar?
Terus terang saja saya merasa lega. Dulu, saya terkadang sedikit stress mengingat tanggung jawab di UIN Alauddin. Sekarang, sudah tidak lagi. Dulu, jika ada telefon dari Washilah biasanya saya lewatkan, nanti-nanti saja. Sekarang langsung respon kalau ada.
Suka duka seperti apa yang dialami saat menjabat sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar?
Paling berkesan bagi saya kalau didemo sama mahasiswa, tapi itu saya nikmati saja. Demo paling besar yang saya hadapi waktu itu, ketika diminta untuk mencabut Surat Keputusan (SK) Rektor tentang parkir berbayar. Sebenarnya dalam hati, saya tidak setuju dengan hal tersebut, waktu itu dari unit bisnis, dia sudah hitung sekian keuntungan dari sektor untuk UIN, selanjutnya saya tanya, karena hitung-hitungan sudah bagus, maka coba survei dulu di lapangan apakah warga kampus setuju atau tidak.
Secara diam-diam saya juga mengadakan survei sendiri dengan metode wawancara, ternyata dari semua yang saya tanya lebih banyak mengatakan tidak setuju, tapi pihak bisnis mengatakan 80% setuju. Dalam hati saya berkata bahwa ada yang tidak benar. Selanjutnya, kami rapat pimpinan, dia masih tetap mempertahankan argumentasinya bahwa tetap setuju. Maka saya iyakan dengan tutup palu, dan beberapa hari kemudian demo luar biasa itupun terjadi. Saya bilang memang kita salah mengambil keputusan, dulu saya tidak setuju, selalu saya mengatakan bahwa, setiap kebijakan yang diambil maka sarananya harus lebih dahulu dipersiapkan.
Saya anggap wajar-wajar saja dan saya lihat mahasiswa dalam hal itu rasional sudah lumayan, kecuali demo tentang Drop Out (DO) dini, sebenarnya mahasiswa tersebut walaupun saya tidak DO sudah DO dengan sendirinya.
Kemudian yang berkesan bagi saya di bidang lain, terutama kebersamaan semua unsur sivitas akademika sewaktu menghadapi akreditasi institusi, mereka tidak satupun elemen. Baik dari mahasiswa, pegawai yang tidak setuju dengan itu semua, mereka datang untuk memberikan dukungan. Semua itu merupakan suatu kepuasan juga bagi saya.
Saya juga pernah sakit dan sempat opname di Rumah Sakit selama 10 hari karena kelelahan. Waktu itu ada banyak masalah muncul bersamaan. Mungkin fisik saya juga sudah tidak mampu menghadapi semua beban, akhirnya saya drop pada tahun ke dua saya menjabat. Dulu saya kadang terlambat makan karena saya selalu di bayang-bayangi tanggung jawab yang besar dan amanah. Tapi setelah itu saya sudah menyadari bagaimana menghadapi masalah secara rasional.
Program kerja apa yang belum tuntas selama menjabat sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar?
Secara kuantitatif, banyak yang bisa kita lihat dari apa yang telah dicapai, namun belum tuntas secara keseluruhan, terutama dalam prasarana. Seperti pembangunan pascasarjana yang masih sementara dikerja, rumah sakit yang sudah beberapa kali dikunjungi oleh tim Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Kemudian, pembangunan infrastruktur yang memang memiliki anggaran, yang akan dilanjutkan oleh Rektor baru, walaupun anggarannya telah disetujui di masa jabatan saya.
Di masa kepemimpinan Anda berhasil membawa UIN Alauddin Makassar meraih akreditasi A, bagaimana harapan Anda kedepannya?
Akreditasi ini satu-satunya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di luar Jawa. PTKIN terakreditasi A itu hanya UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, UIN Bandung, UIN Semarang, UIN Surabaya dan UIN Malang. Luar biasa, tapi jauh lebih berat untuk mempertahankan hal itu. Menurut saya, memang semua warga kampus yang menginginkan, baik dari mahasiswa, karyawan, dosen, serta pimpinan. Jadi memang euforianya begitu nampak. Sekarang ini bagaimana kita bisa mempertahankan, terlebih lagi untuk meningkatkan.
Bagaimana tanggapan Anda terkait proses pemilihan kabinet kerja Rektor UIN Alauddin Makassar?
Itu kan semuanya dari full power rektor, semua keputusan ada pada hak prerogatif Rektor. Suka atau tidak suka, kalau itu yang diputuskan oleh Rektor maka kita hanya mengawal saja supaya jangan terjadi bias.
Bagaimana tanggapan Anda terhadap kebijakan baru Rektor UIN Alauddin Makassar?
Rektor sekarang fokus terhadap kebersihan kampus, saya kira itu bagus. Kalau saya dulu tidak saya proklamirkan, itu sudah jadi kesadaran dari warga kampus. Hari Jumat mereka kerja bakti jadi tidak usah di instruksikan lagi. Saya mendukung apa yang dilakukan oleh Rektor baru. Jika Rektor sekarang berhasil, maka saya juga akan rasakan keberhasilannya dan jika gagal bukan hanya saya yang merasakan akibat kegagalan itu, tapi semua warga kampus yang akan merasakan. Makanya, saya selaku Rektor periode yang lalu, tentu mendukung apapun kebijakan yang akan diambil. Karena saya dengan Rektor yang sekarang tidak ada masalah.
Apa harapan Anda kepada Prof Hamdan selaku Rektor UIN Alauddin Makassar saat ini?
Apa yang belum diselesaikan Rektor ketika di periode saya, agar dapat dilanjutkan, karena kalau tidak, maka akan merugikan. Seperti pembangunan rumah sakit, gedung pascasarjana. Gedung pascasarjana sementara dibangun sekarang, tapi anggarannya hanya sampai tahun ini. Tahun berikutnya harus diselesaikan arsiteknya, dan ini memerlukan perjuangan, termasuk kita harus lobi lagi ke Jakarta, menyampaikan kepada orang yang di sana, agar dapat diselesaikan, kalau ini tidak dilakukan maka akan mandek lagi.
Kemudian yang paling penting, sekarang yang sering kali saya sampaikan Saudi Fund for Develoment (SFD). SFD sudah jalan, anggarannya sebesar 540 Milyar kalau saya tidak salah, itu sudah di depan mata, tapi bisa gagal jika tidak diseriusi, bisa dialihkan kepada UIN lain yang lebih siap. Jadi harapan saya agar bisa diselesaikan. Saya kira Prof Hamdan pasti bisa melakukan itu. Saya berharap hal tersebut agar bisa terimplementasi tahun 2020 dan memang memerlukan kerja keras.
Tulisan ini telah terbit di Tabloid Washilah edisi 110
Penulis: Tri Susanti, Asdar
Editor: Suhairah Amaliyah                                                                                                                                    Â